Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Grup Medco (MEDC) Amman Berpotensi Tambah Produksi Emas dan Tembaga

Produksi emas dan tembaga Grup Medco berpotensi naik setelah Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) menggarap Tambang Batu Hijau Fase 8.
Produksi emas dan tembaga Grup Medco berpotensi naik setelah Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) menggarap Tambang Batu Hijau Fase 8.
Produksi emas dan tembaga Grup Medco berpotensi naik setelah Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) menggarap Tambang Batu Hijau Fase 8.

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) di pertambangan logam berpotensi bertumbuh, setelah anak usahanya PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) menggarap Tambang Batu Hijau Fase 8.

Tambang Batu Hijau di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, menghasilkan logam tembaga dan emas. Terkini, AMNT memutuskan untuk memperluas tambang Batu Hijau dengan membuka pit yang dikenal sebagai Fase 8. Perusahaan pun masih menggandeng Macmahon sebagai kontraktor tambang.

Sebagai informasi, Medco melalui AMNT menguasai 44,3 persen saham di perusahaan asal Australia Macmahon pada 2017 lalu.

Di Indonesia, Macmahon juga merupakan kontraktor tambang emas Martabe di Sumatra Utara dengan durasi kontrak lima tahun dari Januari 2016 dari PT Agincourt Resources.

Sementara, di Australia, Macmahon menjadi kontraktor sejumlah pertambangan antara lain tambang tembaga dan emas Tropicana, tambang emas Telfer dan tambang emas St. Ives di Australia Barat. Selain itu, Macmahon juga menjadi kontraktor tambang batu bara Byerwen di Bowen Basin, Queensland Australia.

Pembukaan pit Fase 8 ini diharapkan bisa memperpanjang masa tambang hingga Juni 2028 sesuai dengan umur tambang yang ada dalam kontrak AMNT dan Macmahon Indonesia.

Managing Director dan CEO Macmahon Michael Finnegan mengatakan, dengan perjanjian kerja sama yang baru, Macmahon Indonesia akan memperoleh peralatan alat berat tertentu dari AMNT dengan nilai US$35 juta atau sekitar Rp525 miliar (estimasi kurs Rp15.000 per dolar AS), untuk melakukan pekerjaan pit Fase 8 dan sebagai jaminan untuk pemodal pihak ketiga.

Dari transaksi tersebut, Macmahon Indonesia akan mendapatkan return of investment (ROI) bulanan atas biaya modal sebesar 15 persen. Selain itu, Macmahon Indonesia juga akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan biaya KPI hingga US$5,1 juta per enam bulan berdasarkan kinerja proyek secara keseluruhan.

“Selanjutnya, keberlangsungan transaksi ini akan meminta persetujuan dari pemegang saham Macmahon mengingat AMNT adalah pemegang saham substansial Macmahon Indonesia,” ungkp Finnegan dalam keterangan resmi, Senin (20/2/2023).

Finnegan menambahkan, AMNT memiliki aset kelas dunia dan hubungan Macmahon dengan AMNT di Batu Hijau sangat baik.

Untuk 2023, Macmahon menargetkan pendapatan mencapai kisaran US$1,85 miliar - US$1,95 miliar, dari sebelumnya US$1,6 miliar - US$1,7 miliar dari hasil kerja sama kontrak Batu Hijau Fase 7. Adapun, target laba sebelum bunga, pajak, dan amortisasi (EBITA) tetap di kisaran US$105 juta - US$125 juta.

“Kami berharap dapat melanjutkan hubungan kami dengan AMNT di operasi Batu Hijau yang sangat produktif dan dengan mitra yang menjunjung teknologi dan ESG,” imbuhnya.

Tambang Batu Hijau mengawali produksi dan operasional pada tahun 2000. Hingga tahun 2020, Batu Hijau telah memproduksi sekitar 8,78 miliar pon tembaga dan 8,7 juta ons emas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper