Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah global menguat pada perdagangan Selasa (17/1/2023) waktu setempat karena optimisme ekonomi China membayangi sentimen risk-off.
Mengutip Bloomberg, Rabu (18/1/2023), harga West Texas Intermediate naik 0,4 persen menjadi menetap di atas US$80 per barel pada Selasa. Ekonomi China sebagai importir minyak mentah terbesar dunia tumbuh lebih dari yang diperkirakan pada kuartal keempat 2022 karena pembatasan aktivitas terkait virus Covid-19 dengan cepat berakhir.
Harga memangkas beberapa keuntungan di akhir sesi karena sentimen risk-off berlaku di pasar yang lebih luas dan pasar saham melemah.
“Dalam waktu dekat, peningkatan ekspor produk dan peningkatan permintaan konsumen secara langsung akan terus mendukung kilang dan impor minyak mentah China yang kuat,” tulis analis RBC Capital Markets Michael Tran dalam sebuah catatan kepada klien.
Rasa optimisme yang meningkat membuat hentakan likuiditas ke pasar dengan jumlah kontrak berjangka minyak yang dipegang oleh para pedagang naik ke level tertinggi sejak Juni 2022.
Sebagian besar analis Wall Street tetap bullish pada minyak, dengan Goldman Sachs Group Inc. menegaskan prediksi harga minyak mentah yang lebih tinggi.
Baca Juga
“Pasar komoditas sekarang memperkirakan resesi, yang kami yakini tidak akan terwujud," kata tim analis Goldman Sachs dalam catatan 16 Januari 2023.
Minyak mentah mengalami awal yang sulit hingga 2023, tenggelam di minggu pembukaan di tengah kekhawatiran atas perlambatan global, sebelum akhirnya rebound. Selain dari China, minyak telah mendapat dukungan dari melemahnya dolar dan tumbuhnya ekspektasi bahwa Federal Reserve mendekati akhir dari serangkaian kenaikan suku bunga yang agresif.
Sementara itu, Arab Saudi melontarkan rencana memperdagangkan minyak mentah dalam mata uang selain dolar AS.