Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas diperkirakan melanjutkan kenaikan pada perdagangan Senin (16/1/2023), didorong oleh sentimen perlambatan inflasi Amerika.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya mengatakan harga emas telah menguat dalam tiga bulan terakhir karena tingkat inflasi yang lebih rendah. Inflasi yang melambat memicu imbal hasil lebih rendah pada obligasi dan dolar karena The Fed diperkirakan akan mengurangi agresivitas kebijakan suku bunga.
“Kenaikan suku bunga tahun ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan 2022, mungkin pengetatan moneter akan berakhir lebih cepat sebelum akhir 2023,” kata Ibrahim dalam risetnya Minggu (15/1/2023).
Pasar saat ini memperkirakan peluang 95 persen The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Februari 2023. Melihat serangkaian sentimen ini, Ibrahim memperkirakan harga emas dunia akan diperdagangkan menguat di rentang US$1.910,10 per troy ounce sampai dengan US$1.930,30 per troy ounce pada Senin (16/1/2023).
Adapun dolar AS mengalami pelemahan terhadap sejumlah mata uang asing pada Jumat (13/1/2023) setelah data inflasi Desember 2022 turun dengan laju terlambat dalam setahun terakhir. Inflasi Desember 2022 mencapai 6,5 persen dan menjadi kenaikan terendah sejak Oktober 2021.
President and Founder at Astronacci Aviatio Gema Merdeka Goeyardi dalam catatan hariannya mengatakan ekspektasi yang meningkat pada kebijakan The Fed telah mendorong reli tajam pada emas sejak akhir Desember.
Baca Juga
“Emas ditutup US$1.920 per troy ounce menjadi sinyal penguatan di akhir bulan ini. Bisa saja harga emas akan menuju level tertinggi di US$1.985 apabila emas tembus di level US$1.947,” kata Gema.