Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Hari Ini Menguat, Kompak Bareng IHSG

Rupiah ditutup naik 0,42 persen ke Rp15.567,5 per dolar AS seiring dengan peningkatan IHSG, memanfaatkan pelemahan dolar AS.
Rupiah ditutup naik 0,42 persen ke Rp15.567,5 per dolar AS seiring dengan peningkatan IHSG, memanfaatkan pelemahan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn
Rupiah ditutup naik 0,42 persen ke Rp15.567,5 per dolar AS seiring dengan peningkatan IHSG, memanfaatkan pelemahan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat ke level Rp15.567,5 pada perdagangan hari ini, Senin (9/1/2023). Penguatan rupiah sejalan dengan pasar saham yang ditunjukkan dengan indeks harga saham gabungan (IHSG).

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup naik 0,42 persen ke Rp15.567,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah pelemahan indeks dolar AS sebesar 0,23 persen ke 103,40.

IHSG ditutup naik tipis 0,06 persen atau 3,70 poin ke level 6.688. Sepanjang perdagangan IHSG bergerak pada rentang 6.638-6.726.

Bersama dengan rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga menguat seperti yen Jepang turun 0,61 persen, dolar Singapura turun 0,13 persen, dan rupee India turun 0,11 persen.

Sementara itu, mata uang Asia yang menguat di antaranya yuan China naik 0,71 persen, baht Thailand menguat 0,58 persen, won Korea Selatan melesat 1,97 persen, dan peso Filipina naik 0,91 persen. Adapun, yen Jepang terpantau melemah 0,12 persen terhadap dolar AS.

Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi sebelumnya memperkirakan rupiah terapresiasi hari ini ke rentang Rp15.550–15.650 per dolar AS karena pelemahan indeks dolar sebesar 1,1 persen menjadi 103,9 pada Jumat pekan lalu.

Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya mengatakan pelemahan dolar AS terjadi setelah data terbaru memperlihatkan pasar pekerjaan AS yang lebih dingin. Hal itu meredakan kekhawatiran pasar soal risiko inflasi yang masih kuat.

“Hal ini mendorong ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memiliki dorongan yang lebih rendah untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama,” katanya, Senin (9/1/2023).

Sementara itu, China mulai membuka perbatasannya pada Minggu untuk perjalanan internasional. Hal itu menandai perubahan kebijakan yang signifikan setelah implementasi kebijakan Zero Covid yang ketat selama dua tahun terakhir.

Meski demikian, para trader masih mempertahankan sikap hati-hati atas China, mengingat bahwa negara itu sedang menghadapi wabah Covid-19 terburuknya setelah kebijakan pelonggaran.

Analis telah memperingatkan bahwa kondisi China berpotensi membuat proses pemilihan ekonomi tertunda dan menyebabkan volatilitas jangka pendek di pasar. Pembacaan ekonomi baru-baru ini dari China melukiskan gambaran muram bagi negara tersebut.

Sebaliknya, fokus pasar juga mengarah pada data inflasi indeks harga konsumen AS yang akan dirilis Kamis ini. Pembacaan diharapkan menunjukkan bahwa inflasi mereda lebih lanjut pada Desember 2022 dan kemungkinan akan menjamin langkah Fed yang kurang hawkish.

Dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan Indonesia memiliki modal yang baik guna menghadapi 2023. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sudah di atas 2019 atau periode sebelum pandemi Covid-19.

“Hal tersebut bisa terlihat dari indikator pemulihan ekonomi tumbuh secara merata seperti dari sisi permintaan serta investasi. Selain itu, Indonesia akan menghadapi tantangan yang berbeda di 2023, seperti kenaikan suku bunga setidaknya sampai 2024,” kata Ibrahim.

Ibrahim mengatakan hal ini membuat arus dana keluar masih tetap tinggi dalam waktu dekat. Selain kenaikan suku bunga, Ibrahim mengatakan Indonesia perlu mitigasi untuk menghadapi resesi. Salah satu modal untuk menghadapi tantangan tersebut adalah cadangan devisa Desember 2022 yang bertambah US$3,2 miliar sehingga berada di posisi US$137,2 miliar.

“Cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” katanya.

Melihat faktor-faktor tersebut, Ibrahim memperkirakan rupiah akan dibuka fluktuatif pada Selasa (10/1/2023) dan ditutup menguat di rentang Rp15.540 sampai Rp15.630 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper