Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham di China menguat yang diikuti dengan lonjakan yen Jepang dan harga emas acuan global naik ke level tertinggi dalam lebih dari enam bulan.
Mengutip Bloomberg, Selasa (3/1/2023), bursa saham di seluruh Asia tampak beragam karena saham Hong Kong dan China menguat setelah penurunan awal, sementara saham Korea Selatan dan Australia jatuh.
Hingga 14.07, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,66 persen atau 45,22 poin ke 6.896,21. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di kisaran 6.838,57-6.908,00.
Perdagangan saham yang beragam mengikuti ayunan tajam tahun lalu yang membuat 20 persen nilai pasar terhapus dari ekuitas global, penurunan terburuk sejak krisis keuangan. Obligasi kehilangan 16 persen dari nilainya, penurunan terbesar setidaknya sejak 1990, karena bank sentral menaikkan suku bunga untuk memperlambat inflasi.
“Kami memulai tahun ini dengan kondisi keuangan yang ketat, potensi inflasi yang keluar dari China dan dengan perluasan itu berarti kami mungkin harus memasuki awal tahun kalender ini dengan relatif hati-hati di seluruh portofolio," kata Marc Franklin, manajer portofolio senior Manulife Investment Management.
Yen Jepang menguat sebanyak 1 persen terhadap greenback hingga menyentuh 129,52 per dola AS, atau level tertinggi sejak Mei 2022. Yen naik terhadap semua rekan-rekan 10 mata uang utama, khususnya mata uang komoditas Australia, Selandia Baru dan Kanada.
Baca Juga
Lonjakan yen mengikuti upaya berkelanjutan oleh Bank of Japan untuk menekan imbal hasil utang pemerintah, dengan yen yang lebih kuat menunjukkan bahwa pedagang percaya bank sentral akan dipaksa untuk mengurangi pengaturan kebijakannya yang longgar.
Adapun, harga emas global melonjak sekitar 1 persen menjadi di atas US$1.840 per trou ounce untuk pertama kalinya sejak Juni 2022.
Perekonomian China memicu kekhawatiran investor setelah mengakhiri tahun ini dengan kemerosotan besar karena belanja bisnis dan konsumen anjlok pada Desember 2022, dengan kemungkinan lebih banyak gangguan dalam beberapa bulan pertama tahun ini karena infeksi Covid melonjak di China,
Di pasar komoditas, harga minyak berfluktuasi sementara harga gas alam AS turun karena cuaca yang lebih hangat diperkirakan akan mengurangi permintaan terhadap pemanas ruangan.