Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi rebound pada awal 2023 setelah tertekan sepanjang Desember 2022. Namun, 2023 tetap akan menjadi tahun yang menantang bagi pasar saham.
Marketing Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan, tahun 2023 akan menjadi tahun yang menantang bagi pasar saham Indonesia, terutama di semester pertama karena perlambatan ekonomi global serta dampak kenaikan BBM September lalu
"Kinerja IHSG pada awal tahun berpotensi rebound setelah tertekan selama Desember 2022. Tapi di bulan berikutnya masih akan tertekan hingga pertengahan tahun," ungkapnya kepada Bisnis, Jumat (30/12/2022).
Untuk menghadapi kondisi imi, Samuel Sekuritas Indonesia menyarankan strategi defensif dengan fokus pada sektor bank besar dan barang komsumen.
"Ada pula potensi di sektor minyak and gas tapi investor harus berhati-hati dengan pergerakan siklikal global," jelasnya.
Di sisi lain, momentum penekan IHSG adalah suku bunga tinggi dan resesi global, serta penurunan harga komoditas. Adapun, momentum pendorongnya adalah konsumsi dalam negeri yang masih kuat selama tahun kampanye
Baca Juga
"Investor akan mulai masuk pasar saham diperkirakan di semester kedua seiring perbaikan ekonomi global dan dalam negri dari dasar jurang resesi," imbuhnya.
Pada penutupan perdagangan terakhir BEI hari ini, IHSG ditutup melemah 0,14 persen atau turun 9,45 poin ke posisi 6.850,61 pada akhir perdagangan. Sepanjang sesi, IHSG bergerak di rentang 6.838,58—6.888,73.
Kapitalisasi pasar IHSG tercatat di level Rp9.529,86 triliun. Terdapat 224 saham menguat, 287 saham berakhir di zona merah, dan 197 saham stagnan.
Indeks sektor konsumer nonsiklikal dan sektor tekno menjadi yang paling melemah dengan turun masing-masing 0,89 persen. Sektor lain yang melemah di antaranya sektor basic material, sektor energi, dan sektor industri yang masing-masing turun 0,64 persen, 0,17 persen, dan 0,13 persen.