Bisnis.com, JAKARTA – Sektor batu bara diperkirakan masih bisa bergerak bullish dalam jangka pendek, namun prospeknya dinilai mendung untuk jangka panjang. Analis memberikan rating overweight untuk sektor emas hitam ini dan merekomendasikan saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO).
Tim Analis MNC Sekuritas menyebutkan, permintaan batu bara global tahun depan akan didorong oleh China, India, dan pertumbuhan ekonomi Eropa.
Berdasarkan data IEA, konsumsi batu bara China diperkirakan akan naik 1 persen pada 2023, dengan dasar pertumbuhan PDB China lebih rendah dalam beberapa tahun belakangan.
Selain itu, permintaan dari India juga diperkirakan naik hingga 3 persen, didorong oleh kenaikan permntaan listrik dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan, permintaan dari Eropa masih dibayangi ketidakpastian, karena situasi terkait aliran gas Rusia yang masih bergejolak.
“Untuk outlook jangka pendek batu bara akan bergantung pada separah apa musim dingin di Eropa dan kemampuan konsumennya untuk menurunkan permintaan. Namun, ekspektasi saat ini musim dingin akan cukup ekstrem dan menyebabkan pasokan batu bara makin menyusut,” jelas Ttm Analis MNC Sekuritas dalam riset, dikutip Jumat (30/12/2022).
Oleh karena itu, dalam jangka pendek, harga batu bara diperkirakan masih akan tinggi sejalan dengan permintaan musiman yang makin tinggi pada musim dingin di Eropa, setidaknya sampai kuartal I/2023.
Baca Juga
Namun, jika melihat ke depan untuk jangka panjang, harga batu bara diperkirakan akan mulai meredup mulai semester II/2023 dan 2024 dari puncak harganya pada 2022, meskipun tetap lebih tinggi dari level harga pada 2017-2021 karena adanya tekanan dari outlook pertumbuhan ekonomi global.
Selain itu, sejumlah negara diperkirakan akan meningkatkan produksinya, yang akan menyebabkan penurunan harga batu bara di Asia pada 2023, karena pasokan bertambah.
“Kami juga memperkirakan tidak ada cuaca ekstrem yang akan mengganggu produksi selama paruh pertama 2023. Bank Dunia dan Fitch Ratings memproyeksikan harga batu bara akan berkisar pada US$220-US$240 per ton pada 2023,” jelas tim analis MNC Sekuritas.
Dari proyeksi tersebut, MNC Sekuritas memperkirakan pendapatan emiten batu bara akan mengalami normalisasi pada 2023 sejalan dengan penurunan harga batu bara dari puncaknya pada 2022.
“Namun, kami memperkirakan biaya operasional emiten batu bara akan tetap tinggi karena harga batu bara juga masih di atas level sebelum pandemi. Jika pendapatannya kuat, akan mendukung emiten untuk tetap membayarkan dividen dan menjaga tingkat utang,” papar mereka.
Adapun, sejumlah emiten juga tengah memulai proyek untuk beralih dari bisnis batu bara, seiring dengan makin sulitnya pendanaan untuk ekspansi bisnis sektor batu bara.
“Kami mempertahankan rating overweight untuk sektor batu bara pada 2023 karena harga yang tinggi masih akan berlanjut sampai kuartal I/2023 seiring dengan kenaikan permintaan dari China, India, dan Eropa. Selain itu, emiten batu bara kebanyakan juga masih membagikan dividen besar,” imbuh Tim Analis MNC Sekuritas.
Adapun, analis memberikan rekomendasi saham PTBA untuk BUY dengan target harga di Rp4.600 dan saham ADRO juga BUY dengan target harga di Rp4.550.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.