Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Umumkan Kenaikan Suku Bunga, Rupiah Dibuka Melemah Terhadap Dolar AS

Rupiah dibuka di posisi Rp15.595 atau melemah 0,08 persen. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,01 ke posisi 104,06.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka melemah terhadap dolar AS pada perdagangan akhir pekan, Jumat (23/12/2022),setelah Bank Indonesia mengumumkan menaikan suku bunga acuan sebesar 0,25 bps.

Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah dibuka di posisi Rp15.595 atau melemah 0,08 persen. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,01 ke posisi 104,06.

Rupiah dibuka melemah bersama dengan sejumlah mata uang Asing diantaranya Yen Jepang melemah 0,24 persen, Dolar Hongkong melemah 0,09 persen, Won Korea melemah 0,47 persen, Peso Philipina melemah 0,27 persen, Yuan China melemah 0,10 persen dan Ringgit Malaysia melemah 0,05 persen.

Sedangkan sejumlah mata uang yang menguat ialah Rupee India sebesar 0,07 persen, Bath Thailand 0,08 persen, dan Dolar Singapura sebesar 0,15 persen.

Sebelumnya  Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup menguat di rentang  Rp15.580-Rp15.650.

Ibrahim memaparkan saat ini pasar merespon positif mengenai hasil rapat Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Desember 2022.

"Hasil RDG ini sesuai dengan ekspektasi pasar yaitu menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 0,25 bps, menjadi 5,5 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps, menjadi 4,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen," katanya dalam riset harian, dikutip Jumat (23/12/2022).

Pertimbangan kenaikan suku bunga tersebut adalah tingkat inflasi yang cenderung lebih rendah dari perkiraan. Pada akhir tahun, inflasi diperkirakan mencapai tingkat di bawah 5,5 persen, lebih rendah dari perkiraan awal di atas 6 persen.

"Selain itu, BI juga menyebutkan kebijakan ini mempertimbangkan nilai tukar rupiah mengalami depresiasi," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper