Bisnis.com, JAKARTA – Tren kenaikan suku bunga masih terus berlanjut menjelang 2023 di berbagai negara untuk menekan inflasi dan risiko resesi. Hal ini berpotensi memberikan dampak bagi emiten penerbangan seperti PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA).
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan kenaikan suku bunga dan risiko resesi akan berdampak pada komponen biaya-biaya perseroan.
“Selalu ada dampak termasuk dari harga avtur. Namun kami berharap misalnya harga avtur bisa stabil seperti sekarang kalau bisa turun lagi. Saya bukan ahli yang melihat harga avtur ini soal supply and demand-nya, tetapi kalau melihat sepintas kelihatannya cukup baik,” kata Irfan usai Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (5/12/2022).
Irfan mengatakan, dengan proyeksi kondisi ekonomi tahun depan pasti akan ada implikasi finansial yang berpengaruh pada kinerja.
“Saya selalu bilang ada downside ada upside, kita tidak usah mengeluh ada suatu implikasi terus kemudian biaya kita jadi meningkat, lebih baik kita fokus bagaimana meningkatkan pendapatan untuk bisa memperoleh profitabilitas yang kita harapkan,” imbuhnya.
Terkait dengan kemungkinan menurunkan harga perjalanan dan meraup pangsa pasar lebih besar, Irfan juga mengatakan belum ada rencana, dan masih tetap fokus pada pangsa pasar premium.
Baca Juga
“Saya tidak mau terjebak dengan segmen market. Poinnya, kami percaya hari ini belum bisa melayani segmen pasar kita, tentu saja dari waktu ke waktu kami akan mereview penambahan frekuensi dan jalur baru terhadap profitabilitas kita. Data recovery perjalanan juga perlu kami analisa lebih mendalam, apakah ini real recovery, atau banyak revenge traveling,” katanya.
Terkait dengan strategi ke depan, Garuda akan fokus untuk memastikan soal profitabilitas setiap rute. Garuda juga bekerja sama dengan Angkasa Pura 1 dan Angkasa Pura 2 untuk memperpanjang jam operasi dari masing-masing bandara yang ada.
“Kita sedang berusaha memahami behavior orang terbang, kita berharap pesawat kita bisa segera lebih banyak lagi, secepatnya bisa layani domestik, ikuti arahan menteri untuk fokus ke domestik," ungkapnya.
Ke depan, Garuda juga akan menambah armada Citilink, melihat pertumbuhan Citilink yang lebih cepat dari Garuda sebagai induk karena pasar di Indonesia umumnya masih low cost carrier (LCC).
Selain itu, Garuda akan secara perlahan menghilangkan block seat dan akan membuka secara bebas perjalanan terutama penerbangan umrah.