Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia kembali menguat usai kabar bahwa Rusia dan Irak mendukung OPEC+ membatasi produksi untuk membantu menstabilkan pasar minyak dunia. Rusia juga kembali memperingatkan Negara Barat dan Sekutunya untuk memberlakukan batas harga pada minyak dapat menyebabkan konsekuensi serius untuk pasar energi global.
Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (25/11/2022) pukul 11.50 WIB, harga minyak Brent tercatat US$85,73 per barel, naik 0,46 persen. Lalu minyak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) naik 0,74 persen menjadi US$78,52 per barel.
Mengutip riset dari Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), harga minyak terpantau bergerak menguat didukung oleh sentimen dari pernyataan Rusia serta penegasan dukungan Irak terhadap kebijakan OPEC+. Meski demikian, ancaman dari lonjakan kasus Covid di China membatasi pergerakan harga lebih lanjut.
“Produsen minyak mentah terbesar kedua di OPEC setelah Arab Saudi, Irak menegaskan dukungan terhadap keputusan dan kesepakatan OPEC dan OPEC+, dengan mengatakan hal itu bertujuan untuk mencapai stabilitas antara penawaran dan permintaan,” tulis Tim Riset, Jumat (25/11/2022).
Fokus pasar juga tertuju pada keputusan yang akan diambil oleh Uni Eropa (UE) terkait batas harga minyak Rusia. Negosiasi negara-negara UE pada hari Kamis untuk menetapkan batas harga minyak Rusia tidak mencapai kesepakatan, dan akan dibahas kembali pada hari Jumat ini.
Tim Riset ICDX juga memproyeksikan harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$82 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$74 per barel.
Baca Juga
Di lain sisi, Tim analis Monex Investindo Futures justru memprediksikan harga minyak mentah akan turun.
“Minyak berpeluang bergerak turun pagi ini (25/11) di tengah sentimen meredanya kekahwatiran akan terganggunya suplai setelah negara G7 mempertimbangkan batasan harga yang tinggi untuk minyak Rusia, memburuknya kasus Covid di Tiongkok serta meningkatnya cadangan bensin dan minyak suling AS dalam laporan EIA,” tulis Tim Riset MIFX.
MIFX juga mengatakan minyak berpeluang dijual selama bergerak di bawah level resistance di US$79, karena berpotensi bergerak turun menguji support terdekat di US$77.
Namun, jika bergerak naik hingga menembus ke atas level US$79 per barel, minyak berpeluang dibeli karena berpotensi bergerak naik mengincar resistance selanjutnya di US$80,20 per barel.