Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah hari ini berpotensi akan diwarnai oleh penguatan dolar AS, di tengah sorotan investor global terhadap outlook suku bunga Bank Sentral Federal Reserve.
Kendati masih bertengger di level Rp15.600-an pada akhir pekan lalu, mata uang Garuda diprediksi akan menguat menjelang akhir tahun. Potensi penggalangan dana di pasar modal dan perlambatan kenaikan suku bunga dapat menjadi pendorong pergerakan rupiah.
Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip mengemukakan kebijakan Bank Indonesia untuk kembali menaikkan suku bunga acuan pada rapat dewan gubernur (RDG) 16—17 November 2022 membuat posisi real interest rate Indonesia makin baik di tengah tekanan inflasi yang semakin berkurang.
“Ini akan menjadi daya tarik bagi investor institusional asing untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia,” katanya, Sabtu (19/11/2022).
Sunarsip juga memperkirakan aktivitas penerbitan efek di pasar modal, baik melalui initial public offering (IPO) dan rights issue, masih berlanjut hingga akhir tahun. Perkembangan emisi efek akan menjadi momentum bagi investor asing untuk masuk ke pasar dalam negeri sehingga menambah pasokan valuta asing.
Berdasarkan laporan Bursa Efek Indonesia, terdapat potensi Rp46,9 triliun dana dari IPO dan Rp39,4 triliun dari rights issue dalam pipeline penerbitan pada sisa akhir tahun ini dan pada 2023.
Baca Juga
Surnarisp mengatakan terdapat beberapa dari emiten ternama yang berada dalam antrean tersebut, seperti rights issue PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) dengan target dana Rp4,23 triliun dan rights issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) senilai Rp3 triliun.
“Kehadiran big name yang berkinerja baik dalam aktivitas bursa seperti ini penting untuk memberikan confidence bagi investor institusional asing terhadap pasar modal dan pasar keuangan Indonesia,” katanya.
Dia melanjutkan bahwa tekanan kenaikan suku bunga The Fed masih akan terjadi sampai akhir 2022, tetapi mulai berkurang pada 2023 seiring dengan ekspektasi normalisasi inflasi. Sementara itu, dari dalam negeri, potensi penguatan nilai tukar rupiah berasal dari faktor berkurangnya tekanan inflasi, membaiknya real interest rate dan meningkatnya aktivitas di pasar modal.
Sunarsip memperkirakan aktivitas di pasar keuangan masih semarak pada 2023. Selain dari IPO dan rights issue, penerbitan obligasi diperkirakan tetap tinggi mengingat terdapat utang korporasi senilai Rp114,8 triliun yang jatuh tempo pada 2023.
“Saya meyakini tidak semua utang jatuh tempo akan dibayar dengan kas mereka tetapi dengan refinancing melalui penerbitan obligasi baru. Jadi saya perkirakan di pasar obligasi akan kembali semarak dengan hadirnya korporasi besar yang masuk ke pasar dan menjadi katalis masuknya investor asing masuk ke pasar dalam negeri,” kata dia.
Kedua faktor eksternal dan internal tersebut akan mendorong masuknya modal asing ke Indonesia dan meningkatkan pasokan valas serta memperkuat nilai tukar rupiah.
Simak pergerakan rupiah sepanjang hari ini secara live.
Rupiah ditutup melemah 0,18 persen atau 28,50 poin ke Rp15.712,50 per dolar AS.
Adapun indeks dolar AS menguat 0,57 persen 0,61 poin ke 107,54.
Rupiah melemah 0,18 persen atau 29 poin Rp15.713 per dolar AS pada 14.21 WIB.
Adapun indeks dolar AS menguat 0,56 persen atau 0,59 poin ke 107,52.
Rupiah melemah 0,18 persen atau 27,50 poin ke Rp15.711,50 per dolar AS pada 11.31 WIB.
Adapun indeks dolar AS terpantau menguat 0,31 persen atau 0,33 poin ke 107,26.
Rupiah terdepresiasi 0,11 persen atau 17,50 poin ke Rp15.701, 50 per dolar AS pada 10.16 WIB.
Adapun indeks dolar AS menguat 0,27 persen atau 0,29 poin ke 107,22.
Rupiah melemah 0,04 persen atau 6 poin ke level Rp15.690 per dolar AS pada 09.12 WIB.
Adapun indeks dolar AS terpantau menguat 0,29 persen atau 0,32 poin ke 107,25.