Bisnis.com, JAKARTA — Kekayaan Crazy Rich asal Kediri Susilo Wonowidjojo lenyap sepanjang 2022, seiring dengan anjloknya harga saham PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia itu.
Saham GGRM telah terkoreksi sebesar 27,63 persen secara year to date (ytd) hingga penutupan perdagangan Selasa (8/11/2022). Harga saham GGRM telah turun Rp8.475 dari harga awal tahun Rp30.675 per saham menjadi Rp22.200 per saham. Harga penutupan tersebut juga mendekati level terendah GGRM Rp22.100 pada 17 Oktober 2022.
Berdasarkan laporan bulanan registrasi pemegang efek pada 6 Oktober 2022, Susilo Wonowidjojo dan keluarganya memiliki Gudang Garam melalui PT Suryaduta Investama yang menggenggam 69,29 persen saham dengan jumlah 1,33 miliar (1.333.146.800) saham. Susilo juga memiliki saham Gudang Garam atas nama pribadi sebanyak 1.709.685 lembar saham atau setara 0,09 persen.
Dengan asumsi kepemilikan saham GGRM oleh Suryaduta Investama dapat diatribusikan seluruhnya ke Susilo Wonowidjojo dan keluarga, maka nilai saham yang dimiliki pada awal 2022 mencapai Rp40,89 triliun.
Namun dengan turunnya harga saham Gudang Garam dalam 10 bulan terakhir, maka akumulasi kekayaan dari kepemilikan saham tersebut tergerus Rp11,3 triliun menjadi Rp29,59 triliun.
Baca Juga
Berdasarkan data Forbes, Susilo Wonowidjojo yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur Gudang Garam memiliki kekayaan bersih US$4,8 miliar atau sekitar Rp70,08 triliun bersama dengan keluarganya. Sumber kekayaan keluarga Wonowidjojo mayoritas bersumber dari bisnis rokok yang didirikan pertama kali oleh ayah Susilo, Surya Wonowidjojo, pada 1958 di Kediri, Jawa Timur.
Dari bisnis utamanya, Gudang Garam tercatat menjual 91,1 miliar batang rokok pada 2021, naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 89,7 miliar batang. Pada semester I/2022, penjualan rokok mencapai 41,9 miliar batang, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 45,6 miliar batang.
Selain memproduksi rokok, Gudang Garam juga menjajal bisnis infrastruktur melalui pembangunan Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur. Nilai investasi pembangunan bandara tersebut mencapai Rp10,8 triliun dengan pemerincian Rp6,6 triliun pada tahap I, Rp1,2 triliun pada tahap II, dan Rp3 triliun pada tahap III.
Pembangunan Bandara Dhoho dilakukan GGRM melalui anak usahanya PT Surya Dhoho Investama (SDHI). SDHI melakukan kerja sama operasi (KSO) pada proyek pembangunan bandara baru ini bersama Angkasa Pura I. Keduanya telah dinyatakan sebagai pemenang dengan durasi waktu kerja sama yaitu 50 tahun sejak bandara mulai dioperasikan.
Saham GGRM terpantau dibuka stagnan di harga Rp22.200 pada perdagangan Kamis (9/11/2022), kemudian menguat 0,11 persen ke Rp22.225 pada pukul 09.33 WIB. Nilai saham yang ditransaksikan mencapai Rp2,9 miliar pada awal perdagangan dengan kapitalisasi pasar GGRM mencapai Rp42,76 triliun.