Bisnis.com, JAKARTA — PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) memastikan bahwa perusahaan bakal tetap membayarkan dividen ke para pemegang saham, dengan rasio pembayaran dividen minimal sebesar 50 persen dari laba bersih.
"Kebijakan dividen kami ditetapkan minimal di angka 50 persen [dari laba]. Namun bisa dilihat berdasarkan pernyataan kami sebelumnya, kami bisa mengalokasikan lebih baik jika memungkinkan," kata CEO Matahari Department Store Terry O'Connor dalam sesi wawancara eksklusif dengan Bisnis, Rabu (26/10/2022).
Terry mengatakan Matahari telah mengusulkan besaran dividen sebesar Rp525 per saham untuk tahun buku 2022 dan diharapkan mendapat persetujuan para pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) tahunan yang digelar 2023. Dividen untuk tahun buku 2022 akan menjadi yang tertinggi setelah pada 2021 LPPF membagikan dividen Rp350 per saham.
"Jika melihat performa saham sejauh ini, yield-nya mencapai 11-12 persen dan saya kira ini cukup atraktif bagi para investor," tambahnya.
Chief Financial Officer Matahari Department Store Niraj Jain dalam Public Expose Live 2022 mengatakan pembayaran dividen diperkirakan jatuh pada Mei 2023. Pembayaran dividen akan mempertimbangkan kondisi laba bersih, ekuitas, ketersediaan cadangan, pembatasan kontrak, kebutuhan modal kerja dan belanja modal, serta prospek masa depan.
“Sementara kami membagikan dividen, fokus kami tetap pada bisnis inti dan tidak akan melakukan akuisisi atau investasi,” katanya saat itu.
Baca Juga
Posisi kas LPPF pada akhir tahun diperkirakan mencapai Rp800 miliar. Pembayaran dividen setahun penuh, lanjutnya, sejalan dengan siklus perdagangan setelah Lebaran dan puncak kas.
Sampai akhir kuartal III/2022, LPPF membukukan kenaikan laba bersih sebesar 140,3 persen sepanjang Januari—September 2022, didukung oleh naiknya penjualan pada kuartal III/2022.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk LPPF mencapai Rp1,05 triliun. Angka tersebut lebih tinggi 140,3 persen dibandingkan dengan periode Januari—September 2022 sebesar Rp438,69 miliar.
Kenaikan laba LPPF tidak lepas dari pertumbuhan pendapatannya. Sampai akhir kuartal III/2022, pendapatan bersih yang dibukukan Matahari mencapai Rp4,96 triliun. Nilai tersebut naik 21,53 persen secara year on year (yoy) dibandingkan dengan Rp4,08 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Selama Juli—September 2022, LPPF melaporkan bahwa penjualan kotor tumbuh 146,9 persen menjadi Rp2,32 triliun, dari Rp941 miliar pada kuartal III/2021. Same store sales growth (SSSG) melesat 144,7 persen pada periode ini.
Ekspansi dan investasi Matahari yang berlanjut juga tecermin dari laporan keuangannya. Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sampai akhir September 2022 mencapai Rp193,57 miliar, naik dari posisi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp43,81 miliar.
Adapun aset Matahari pada akhir September 2022 mencapai Rp5,44 triliun, turun dari total aset Rp5,85 triliun di akhir tahun 2021.
Sementara itu, total liabilitas LPPF naik 3,61 persen menjadi Rp5,02 triliun pada 30 September 2022, dari posisi Rp4,84 triliun pada 31 Desember 2021. Kenaikan terutama disebabkan oleh naiknya liabilitas jangka pendek karena bertambahnya pinjaman bank sebesar Rp130 miliar.
Jumlah ekuitas Matahari tercatat turun 57,33 dari Rp1,0 triliun pada 31 Desember 2021 menjadi Rp429,18 miliar pada 30 September 2022.