Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Suku Bunga Naik, Sri Mulyani Cs Jaga Stabilitas Obligasi Negara

Pasar obligasi negara terdampak dari kebijakan kenaikan suku bunga Bank Indonesia yang diambil saat kondisi cukup fluktuatif.
Pasar obligasi negara terdampak dari kebijakan kenaikan suku bunga Bank Indonesia yang diambil saat kondisi cukup fluktuatif. /istimewa
Pasar obligasi negara terdampak dari kebijakan kenaikan suku bunga Bank Indonesia yang diambil saat kondisi cukup fluktuatif. /istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah akan tetap prudent dan fleksibel dalam pengelolaan pembiayaan utang menghadapi tren pengetatan kebijakan moneter secara global dan di Indonesia.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Luky Alfirman menjelaskan imbal hasil (yield) pasar SBN akan cukup terdampak dari kebijakan kenaikan suku bunga Bank Indonesia yang diambil saat kondisi cukup fluktuatif.

Guna merespon kebijakan tersebut, Luky mengatakan pihaknya akan mengambil langkah antisipatif dengan menjalankan strategi pembiayaan yang prudent, fleksibel, dan oportunististik.

“Selain itu, pemerintah juga akan terus mencermati kebutuhan pembiayaan utang, kondisi likuiditas atau kas serta dinamika kondisi pasar keuangan,” jelasnya saat dihubungi, Senin (24/10/2022).

Ia menuturkan, secara fundamental pasar SBN Indonesia masih cukup optimal di tengah kondisi yang volatil. Hal tersebut salah satunya didukung oleh kinerja APBN yang cukup baik seiring dengan penerimaan negara yang tumbuh cukup tinggi.

Pertumbuhan tersebut, lanjut Luky, juga mendukung likuiditas pemerintah yang mencukupi sehingga dapat menjaga kondisi fundamental obligasi Indonesia.

“Dengan demikian, pemerintah tetap dapat menjaga kondisi likuiditas untuk membiayai APBN dan menjaga cost of fund pembiayaan utang seefisien mungkin dengan risiko yang terukur,” ujarnya.

Sebelumnya, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto memprediksi pasar SBN Indonesia masih akan mengalami tekanan hingga akhir tahun ini. Outlook tersebut seiring dengan potensi berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan The Fed.

Ia menjelaskan, kenaikan suku bunga The Fed nantinya juga akan direspon kembali oleh Bank Indonesia. Hal ini akan memicu beralihnya investor asing ke obligasi AS atau US Treasury karena cenderung lebih aman.

Kinerja pasar surat utang Indonesia juga akan ditekan oleh tren pelemahan nilai tukar rupiah. Sentimen tersebut seiring dengan laju inflasi yang tinggi serta tensi geopolitik di beberapa wilayah, salah satunya antara Rusia – Ukraina yang tak kunjung usai.

“Pelemahan yield obligasi Indonesia masih terbuka sampai akhir tahun, kemungkinan bisa menyentuh 7,7 persen – 7,8 persen,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper