Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kembali merosot pada Rabu (19/10/2022) tertekan dolar AS yang menguat setelah imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun yang dijadikan acuan melonjak ke level tertinggi 14 tahun.
Harga emas Comex New York Exchange anjlok US$21,60 atau 1,3 persen menjadi ditutup pada US$1.634,20 per ounce, setelah diperdagangkan di kisaran terendah sesi di 1.634,90 dan tertinggi di 1.659,80.
Mengutip Antara, dolar AS terapresiasi pada perdagangan Rabu (19/10/2022) di tengah momentum kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, terangkat 0,76 persen menjadi 112,9820.
Dolar menguat menyusul serangkaian komentar hawkish dari pejabat Fed. Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan The Fed dapat mendorong suku bunga acuannya di atas 4,75 persen jika inflasi yang mendasarinya tidak mereda.
Komentarnya datang hanya beberapa hari setelah data menunjukkan inflasi AS tetap keras di dekat level tertinggi 40 tahun meskipun terjadi serangkaian kenaikan suku bunga tajam tahun ini.
Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic juga menekankan perlunya mengendalikan inflasi, mengutip tekanan pada pasar tenaga kerja dari kenaikan suku bunga dan harga.
Baca Juga
Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun naik 13 basis poin menjadi sekitar 4,13 persen pada Rabu (19/10/2022) sore, sementara imbal hasil pada surat utang pemerintah AS 2-tahun yang sensitif terhadap kebijakan suku bunga naik menjadi 4,55 persen.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS yang meningkat adalah bullish bagi dolar, sedangkan imbal hasil yang turun adalah bearish bagi dolar.
Emas berada di bawah tekanan tambahan karena Departemen Perdagangan AS melaporkan pada Rabu (19/10/2022) bahwa konstruksi rumah AS turun 1,6 persen ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 1,56 juta unit pada September, 7,4 persen di atas tingkat satu tahun lalu, tetapi lebih rendah dari revisi 1,72 juta pada Agustus.
Chief Marketing Officer Pintu Timothius Martin mengungkapkan menyampaikan Data Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat (AS) secara tahunan pada bulan September naik 8,2 persen. Angka tersebut dinilai jauh lebih tinggi dibanding proyeksi konsensus sebesar 8,1 persen, dan sedikit turun dari angka bulan sebelumnya yaitu 8,3 persen.
Jika melihat tren harga dengan mengeluarkan indeks pangan dan bahan bakar, indeks inti naik sebesar 6,6 persen, di mana kenaikan terbesar dan tercepat sejak 1982 silam.
Bahkan di tahun 2022 The Fed sudah menaikkan suku bunga sebanyak 5 kali berturut-turut dengan tiga di antaranya naik sebesar 75 bps. Oleh sebab itu, investor perlu bersiap untuk menghadapi kenaikan suku bunga yang besar pada bulan November.