Bisnis.com, JAKARTA - Emiten konglomerasi Grup MNC, PT MNC Asia Holding Tbk. (BHIT) masih akan memantau kondisi yang berkembang di pasar, seiring adanya kenaikan suku bunga acuan dan juga ancaman resesi global.
Head Of Investor Relations MNC Asia Holding Natassha Yunita mengatakan manajemen menyadari kondisi pasar yang berpotensi mengalamai fluktuasi, mulai dari sisi domestik, regional hingga internasional. Beberapa faktor tersebut di antaranya adalah pandemi Covid-19, konflik geopolitik, kenaikan suku bunga maupun inflasi yang tinggi.
“Untuk itu, pemantauan kondisi pasar senantiasa dilakukan oleh perseroan,” ujar Natasha kepada Bisnis, Minggu (9/10/2022).
Natasha menyebut dengan adanya sistem pengelolaan risiko yang baik, maka kenaikan suku bunga acuan tidak akan mengganggu kinerja BHIT secara material.
Sebagai informasi, manajemen BHIT sepakat tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2021. Dalam risalah RUPST manajemen tidak menjelaskan secara rinci penggunaan dana dari laba yang diperoleh. Manajemen hanya menyebut menyetujui untuk tidak membagikan dividen kepada pemegang saham perseroan.
Laporan keuangan per 31 Desember 2021 menunjukan BHIT memiliki laba sebesar Rp647 miliar untuk tahun buku 2021. Total 65,1 miliar saham sepakat dengan keputusan RUPST yang diadakan pda 28 Juli lalu.
Baca Juga
Jumlah investor publik yang memegang saham BHIT sebanyak 65,3 persen atau 54,55 miliar saham.
Saham BHIT tercatat turun 1,52 persen atau 1 poin ke level Rp65 pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (7/9/2022). Adapun price earning ratio (PER) BHIT berada di posisi 83,27 kali. Sementara kapitalisasi pasar BHIT mencapai Rp5,59 triliun.
Sebelumnya, Direktur Utama MNC Asia Holding (BHIT) Hary Tanoesoedibjo memaparkan BHIT ke depannya akan menyasar peningkatan dominasi dan terus berinvestasi di sektor digital.
“Saya sendiri bertindak sebagai CEO, akan memastikan akselerasi pertumbuhan BHIT,” pungkasnya dalam keterangan resmi, Jumat (2/9/2022).
BHIT yang baru saja berganti nama menjadi MNC Asia Holding ini berencana merambah pasar internasional khususnya di bidang transformasi digital.
“MNC Asia Holding tidak akan berhenti mencari peluang bisnis yang bermanfaat bagi para stakeholders dan shareholders, sekaligus semakin mengukuhkan posisinya di industri terkait,” imbuh pria dengan harta kekayaan mencapai US$1,3 miliar tersebut.