Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Korea Selatan mengumumkan bahwa Interpol meminta penegak hukum di seluruh dunia untuk menemukan dan menangkap salah satu pendiri Terraform Labs, Do Kwon. Dia menghadapi tuntutan kasus anjloknya nilai pasar kripto secara fantastis hingga US$60 miliar.
Mengutip Bloomberg, Senin (26/9/2022), Jaksa di Seoul, Korea Selatan mengatakan pada Senin dalam pesan teks bahwa organisasi polisi internasional telah mengeluarkan Red Notice untuk Kwon. Hal ini menjadi periode memalukan terbaru dari kasus kerugian pasar kripto senilai US$2 triliun yang mengungkap praktik investasi sangat berisiko.
Baik Interpol, Kwon maupun Terraform Labs tidak segera membalas email yang meminta komentar Bloomberg.
Pejabat Korea Selatan menuduh Kwon dan lima orang lainnya melakukan kejahatan termasuk pelanggaran hukum pasar modal. Kwon awal tahun ini pindah dari Korea Selatan ke Singapura, di mana proyek Terraform Labs-nya yang sekarang runtuh memiliki kantor, tetapi lokasinya menjadi tidak jelas setelah otoritas Singapura pada 17 September 2022 mengatakan dia tidak lagi di sana.
Jaksa kemudian meningkatkan upaya mereka untuk menemukan Do Kwon.
Terraform Labs berada di belakang stablecoin algoritmik TerraUSD dan koin Luna. Kedua koin ini sempat meledak pada Mei 2022 dan memicu kerugian besar di pasar kripto, yang sudah terhuyung-huyung karena pengetatan kebijakan moneter para bank sentral.
Baca Juga
Aset digital belum pulih dan regulator di seluruh dunia terus mencari cara untuk menghindari pengulangan kerugian. Di Korea Selatan, pasar yang sebelumnya semangat, kini dirampas oleh penghinaan publik yang kian besar.
Keruntuhan Terra dan kekalahan pasar yang lebih luas menyebabkan terurainya Three Arrows Capital, pengelola dana lindung nilai kripto yang pernah terbang tinggi. Selanjutnya, keruntuhan Terra menular hingga ke pemberi pinjaman dan broker seperti Voyager Digital Ltd. dan Celsius Network Ltd.
TerraUSD, juga dikenal sebagai UST, dimaksudkan untuk menjaga nilai konstan US$1 dalam pengaturan kompleks yang melibatkan Luna. Tetapi sistem itu sangat bergantung pada kepercayaan di ekosistem yang diciptakan oleh Kwon, seorang pria berusia 31 tahun yang belajar ilmu komputer di Stanford. Begitu kepercayaan hilang, sistem pengaturan itu runtuh.
Jaksa Korea Selatan mengatakan mereka mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Kwon sebagian karena ada bukti tidak langsung untuk rencana melarikan diri sejak dia pergi ke Singapura. Mereka juga mempermasalahkan klaimnya bahwa dia bekerja sama.
“Kami sedang dalam proses membela diri di berbagai yurisdiksi – kami telah memegang teguh integritas yang sangat tinggi, dan berharap untuk mengklarifikasi fakta selama beberapa bulan ke depan,” kata Kwon sebelumnya via Twitter.
Komunitas Terra terpecah setelah runtuhnya TerraUSD. Token asli diganti namanya menjadi Terra Luna Classic dan TerraClassic USD. Kwon, sementara itu, memulai blockchain Terra baru dengan new Luna sebagai satu-satunya tokennya.
Token new Luna terpantau turun 7 persen dalam 24 jam terakhir, menurut data dari CoinGecko. Luna Classic anjlok hampir 13 persen, sedangkan TerraUSD tidak pernah memulihkan posisi patokan dolarnya tetapi masih diperdagangkan di beberapa tempat dan hampir 10 persen lebih rendah.