Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara global kembali mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir namun masih diposisi cukup tinggi US$435 per ton. Hal itu membuat saham emiten terkait seperti BUMI dan BYAN menurun.
Mengutip data Bloomberg¸harga batu bara Newcastle untuk kontrak teraktif September 2022 tercatat turun 0,45 persen ke US$435,20 per ton. Sementara itu, harga batu bara Oktober 2022 turun 10,45 persen ke US$412 per ton, dan kontrak November turun 9,80 persen ke US$414 per ton.
Penurunan harga batu bara dinilai sementara merespons harganya yang sudah terlampau tinggi. Di sisi lain kenaikan harga bahan bakar minyak dan energi lainnya serta harga komoditas lain juga membuat permintaan pengiriman global menurun, tah hanya untuk batu bara, tapi juga komoditas logam, gandum dan lainnya.
“Karena jika melihat harga pengirimannya ke Eropa, lebih maik tidak mengirim sama sekali,” kata Jan Dieleman, Head of Ocean Transportation Business di Cargill, dilansir Bloomberg, Minggu (25/9/2022).
Sejalan dengan penurunan harga batu bara, harga saham sejumlah emiten batu bara juga mengalami penurunan seperti BUMI yang ditutup amblas hingga 6,37 persen ke Rp147 per saham. Selain itu, harga saham PT Mitrabara Adiperdana Tbk. (MBAP) juga turun 4,39 persen ke Rp9.250.
Menyusul, saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) juga turun 1,22 persen ke Rp4.050, dan saham PT Indo Tambang raya Megah Tbk. (ITMG) menyusul turun 1,20 persen ke Rp43.250.
Baca Juga
Adapun, saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) mengalami penurunan 0,92 persen ke Rp4.300, dan saham Raja Batu Bara Low Tuck Kwing, PT Bayan Resosurces Tbk. (BYAN) juga turun 0,46 persen.
Di sisi lain, saham PT Indika energy Tbk. (INDY) justru melesat 5,14 persen ke Rp3.270 berkat rencananya untuk terus berkembang di bidang kendaraan listrik, dan PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) naik 0,51 persen ke Rp995 per saham.