Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korporasi Pacu Bisnis Motor Listrik, 3 Saham Bisa Dicermati

Saham emiten yang berekspansi ke kendaraan listrik berpotensi bullish jangka pendek dan menengah
Hon Hai Precision Industry Co. Ltd. (Foxconn), Gogoro Inc, PT Industri Baterai Indonesia (IBC), dan PT Indika Energy Tbk menandatangani komitmen kerja sama untuk membangun ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia dengan nilai total investasi mencapai US$8 miliar (setara Rp114 triliun). / Indika Energy
Hon Hai Precision Industry Co. Ltd. (Foxconn), Gogoro Inc, PT Industri Baterai Indonesia (IBC), dan PT Indika Energy Tbk menandatangani komitmen kerja sama untuk membangun ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia dengan nilai total investasi mencapai US$8 miliar (setara Rp114 triliun). / Indika Energy

Bisnis.com, JAKARTA – Banjir katalis positif dari segmen kendaraan listrik membuat saham emiten yang bergerak dari hulu ke hilir di sektor kendaraan listrik berpotensi bullish.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan, ada beberapa sentimen yang dapat menjadi pendorong pergerakan emiten pada sektor kendaraan listrik / Electric Vehicle (EV) yaitu komitmen pemerintah Indonesia untuk menekan jumlah emisi karbon.

Indonesia berupaya mengurangi emisi karbon sebesar 29 persen pada 2030, dan net zero carbon di tahun 2060. Strategi mengurangi jumlah emisi karbon tersebut salah satunya beralih pada kendaraan listrik.

“Dukungan dari pemerintah inilah yang menjadi booster bagi emiten sektor terkait karena akan lebih mudah dalam mendapatkan pendanaan untuk mengembangkan bisnisnya,” ungkapnya dalam riset, Rabu (21/9/2022).

Hingga saat ini, Kementerian Perindustrian memproyeksikan 20 persen penggunaan kendaraan berbasis baterai listrik pada 2025. Adapun, untuk produksi mobil listrik dan bus listrik diprediksikan mencapai 600.000 unit pada 2030.

Sentimen positif lainnya yaitu, kenaikan harga bensin menyusul kenaikan harga minyak mentah yang terjadi secara global membuat produk EV menjadi lebih kompetitif.

Meningkatnya permintaan Electric Vehicle (EV) secara global turut memberikan multiplier effect pada kenaikan harga komoditas nikel, tembaga, kobalt, litium serta material baterai lainnya.

Perusahaan tambang nikel Vale yang berpusat di Brazil, dalam keterangannya mengungkapkan permintaan global terhadap nikel akan meningkat 44 persen pada 2030, jika dibandingkan dengan tahun ini.

Permintaan nikel diprediksikan mencapai 6,2 juta ton sering dengan transisi energi terbarukan yang semakin gencar. Selain nikel, permintaan terhadap tembaga sebagai bahan dalam pembuatan baterai kendaraan juga akan mengalami peningkatan sekitar 20 persen pada 2030 menjadi 37 juta ton.

Di sisi lain, kenaikan harga komoditas komponen pembuatan baterai akibat melesatnya permintaan yang saat ini dikenal dengan greenflation dapat menekan margin profitabilitas perusahaan EV. Mengingat biaya baterai sendiri saat ini mencangkup 30 persen dari total biaya pembuatan EV.

“Hal ini tentunya menjadi tantangan kedepan bagi perusahaan EV untuk menerapkan model bisnis yang efisien demi mengurangi tekanan biaya produksi,” jelasnya.

Beberapa emiten saat ini gencar melakukan diversifikasi bisnis energi terbarukan khususnya pada kendaraan listrik mengingat potensi bisnis pada segmen ini masih sangat besar.

Misalnya, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) melalui anak usahanya PT WIKA Industri dan Konstruksi (WIKON) memiliki 10,63 persen saham produsen motor listrik Gesits yang telah menguasai 26 persen market share motor listrik di Indonesia.

Emiten lainnya, yaitu PT Indika Energy Tbk (INDY) yang telah meluncurkan produk motor listrik bernama ALVA. Hal tersebut sejalan dengan komitmen INDY yang menargetkan pendapatan non batu bara sebesar 50 persen di tahun 2025.

Kemudian, PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) yang berfokus pada produksi kendaraan listrik, seperti sepedah listrik dan motor listrik. Selain itu PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) membentuk joint venture dengan SiCepat membentuk PT Volta Indonesia, mengembangkan produk motor listrik bernama Volta dengan target produksi 10 ribu unit motor listrik di tahun 2022.

“Secara teknikal kami melihat beberapa saham-saham diatas saat ini bergerak bullish dalam jangka pendek hingga menengahnya,” kata Ratih.

Adapun, Ajaib Sekuritas merekomendasikan SLIS untuk Buy di area Rp304 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp340 serta pertimbangkan cut loss apabila break support pada area MA-5 nya di level harga Rp260.

Selanjutnya, INDY direkomendasikan Buy on Weakness di area Rp2.920 sampai Rp2.940, dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp3.180 serta pertimbangkan cut loss jika break support di level harga Rp2.850.

Adapun, WIKA direkomendasikan Buy on Weakness di area Rp1.050 sampai Rp1.060, dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp1.140 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp1.025.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper