Bisnis.com, JAKARTA — Harga bitcoin dan sejumlah aset kripto hari ini terpantau menguat di tengah sinyal-sinyal kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS Federal Reserve.
Mengutip data CoinMarketCap, Sabtu (10/9/2022) harga bitcoin menguat 1,78 persen menjadi US$21.362 pukul 18.20 WIB.
Pada perdagangan siang tadi, bitcoin sempat menyentuh level tertingginya dalam sepekan yakni di posisi harga US$21.613.
Sementara itu, harga deretan altcoin kompak menguat, antaralain ethereum (ETH) yang naik 1,34 persen menjadi US$1.726 dan binance (BNB) yang menguat tipis 0,63 persen ke level US$294,29. Adapun, solana (SOL) terpantau turun 1,56 persen ke posisi US$34,72.
Sejumlah analis memperkirakan momentum bullish bitcoin dan aset kripto hanya sementara.
Analis Pasar Senior dari Conotoxia, Daniel Kostecki mengatakan, lonjakan harga bitcoin yang kembali menyentuh level US$21.000 masih menarik industri. Pasar tengah mengamati apakah reaksi mendadak ini termasuk hal yang positif dalam jangka panjang.
Baca Juga
“Investor mungkin bisa menjual bitcoin kapan saja,” ujar Kostecki dikutip dari Coindesk, Sabtu (10/9/2022).
Kendati ada kemungkinan penurunan harga, Kostecki optimistis harga bitcoin dapat menyentuh area US$22.400 hingga US$23.000.
Managing Partner Storm Partners, Sheraz Ahmed menyebut sentimen penyebab kenaikan harga bitcoin ditopang oleh kebijakan bank sentral Eropa yang menaikkan suku bunga pada Kamis, (8/9/2022) serta FTX Ventures yang membeli 30 persen saham SkyBridge Capital milik Anthony Scaramucci.
Sementara itu, menurut Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, gerak reli market kripto yang melaju sejak akhir pekan, Jumat (9/9/2022) ini menandakan aksi akumulasi investor yang dinilai tidak begitu khawatir terhadap keputusan bank sentral AS, The Fed, dalam menaikkan suku bunga acuan ke depan.
“Sejauh ini market kripto masih ketularan nasib baik dari gerak gesit pasar saham AS kemarin. Maklum saja, investor selalu menggunakan laju indeks saham AS sebagai cerminan selera risiko mereka. Di samping itu, komentar Jerome Powell tampak tak dihiraukan oleh investor,” kata Afid.
Selain sentimen tersebut, menurut Afid, pasar kripto juga mendapat dorongan semangat dari pelemahan nilai aset greenback, alias melandainya nilai dolar AS (DXY) yang membuat investor kembali bergairah ke pasar aset berisiko.
Indeks dolar AS DXY terpantau turun 0,67 persen ke posisi 108,97 setelah sempat mencapai level 110,15 di awal pekan.