Bisnis.com, JAKARTA - Rencana IPO PalmCo, anak usaha holding perkebunan senilai Rp10 triliun masih sesuai jadwal. Menteri BUMN Erick Thohir merampungkan konsolidasi BUMN perkebunan dan berlanjut pada spin-off anak usaha produsen sawit.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menerangkan konsolidasi BUMN sektor perkebunan telah rampung dan rencananya akan diumumkan pada Oktober 2022.
"Konsolidasi perkebunan sudah rampung. Sebentar lagi diumumkan," paparnya di DPR, Kamis (8/9/2022).
Kementerian BUMN mengkonsolidasikan PT Perkebunan Nusantara yang sebanyak 14 perusahaan menjadi 4 perusahaan. Selanjutnya, setelah mengurangi jumlah tersebut, BUMN bakal memisahkan perusahaan khusus kelapa sawit menjadi PalmCo.
PalmCo ini yang targetnya dapat melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham pada tahun depan.
Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan harapannya BUMN dapat menyelesaikan permasalahan minyak goreng yang sempat harganya naik sehingga meresahkan masyarakat.
Baca Juga
"PTPN sulit seimbangkan, karena pasar minyak goreng hanya 5 persen. Kami sekarang mencoba membangun terobosan dengan Menteri Koperasi dan UMKM di Sumatera Utara. Di sana PTPN cukup dominan, buktikan minyak Nusakita, lebih murah dari hasil private sector," terangnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Perkebunan Nusantara Mohammad Abdul Ghani mengatakan, PTPN akan melakukan konsolidasi seluruh kebun kelapa sawit di bawah PalmCo, yang ditargetkan selesai pada Oktober tahun ini.
"Proses itu sedang berlangsung, paling lambat akhir Oktober selesai. Maka proses persiapan IPO tahun depan, mudahan kuartal II/2023 atau kuartal III/2023," kata Ghani.
Dia melanjutkan, pihaknya menargetkan dana senilai Rp5 triliun hingga Rp10 triliun dari IPO ini. Dalam proses IPO ini, Ghani menuturkan PTPN menunjuk Mandiri Sekuritas dan McKinsey sebagai penasihat dalam IPO ini.
Lebih lanjut, Ghani menjelaskan saat ini PTPN memiliki luas lahan kelapa sawit sebesar 500.000 hektar (ha). Untuk mendukung ekspansi PalmCo, PTPN berencana melakukan konversi 200.000 ha tanaman karet menjadi kelapa sawit, sehingga nantinya PalmCo akan mengelola seluas 700.000 ha lahan kelapa sawit.
"Dari 500.000 ha akan jadi 700.000 ha saat IPO karena karetnya akan kami konversi. Target kami di 2030 jadi perusahaan kelapa sawit terbesar di dunia," tutur dia.
Adapun hingga akhir Desember 2021, Holding Perkebunan Nusantara mencatatkan peningkatan pendapatan 36 persen menjadi Rp53,57 triliun, dibandingkan Desember 2020 sebesar Rp39,3 triliun. Dengan pendapatan yang meningkat, Holding Perkebunan Nusantara mampu membalikkan rugi bersih sebesar Rp1,2 triliun di 2021, menjadi laba bersih Rp4,64 triliun di akhir 2021.
Produksi tandan buah segar (TBS) PTPN juga tercatat meningkat 7,12 persen dari 19,67 ton per ha, menjadi 21,07 ton per ha di akhir 2021. Begitu juga dengan produksi CPO yang meningkat 7,81 persen dari 4,48 ton per ha, menjadi 4,83 ton per ha di akhir 2021.