Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bitcoin Terus Melemah, Bisa Ambrol Ke US$17.000?

Pergerakan harga aset kripto, terutama Bitcoin terpantau cenderung melemah pada hari ini. Sejak awal pekan, pergerakan pasar kripto tergolong sideways.
Ilustrasi Bitcoin. Reuters
Ilustrasi Bitcoin. Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga aset kripto, terutama Bitcoin terpantau cenderung melemah pada hari ini. Sejak awal pekan, pergerakan pasar kripto tergolong sideways dengan volume transaksi yang terpantau belum terlalu besar.

Melansir situs CoinMarketCap pada Rabu (7/9/2022) pukul 15.00 WIB, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar atau big cap kompak melemah dalam 24 jam terakhir. Nilai Bitcoin (BTC) tercatat turun 5,54 persen ke US$ 18.807 dan turun 7,27 persen selama seminggu terakhir.

Sementara, Ethereum (ETH) yang sempat naik karena isu The Merge juga terpantau terkoreksi 8,64 persen ke US$1.518 dan anjlok 4,23 persen sepekan terakhir. Cardano (ADA), Dogecoin (DOGE) dan Polkadot juga mengalami penurunan harga yang cukup tinggi lebih dari 7 persen di waktu yang sama.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengatakan pasar kripto saat ini sedang mengalami koreksi yang tiba – tiba. Dari data CoinMarketCap, menunjukkan harga Bitcoin jatuh dari US$19.780 menjadi US$19.037 hanya dalam 50 menit.

Kemudian, pergerakan Bitcoin untuk mencegah penurunan lebih lanjut ke bawah US$19.000 gagal dilakukan. Harga BTC yang gagal menembus zona resistance-nya di level US$20.000 berulang-ulang kali membuat pasar kripto tumbang secara keseluruhan.

“Sehingga, investor yang membaca situasi tersebut, memilih melakukan aksi jual ketimbang akumulasi,” kata Afid dikutip dari keterangan resminya, Rabu (7/9/2022).

Penurunan harga Bitcoin juga meruntuhkan momen bullish Ethereum yang sempat reli kencang pada sehari sebelumnya, Selasa (6/9). Padahal, ETH yang telah menunjukkan tanda-tanda kekuatan saat The Merge mendekat, bisa mengambil keuntungan untuk terus reli, terlebih upgrade Bellatrix juga sukses dilaksanakan.

Selain dari sisi teknikal, sentimen makroekonomi juga membuat harga Bitcoin dan kripto lainnya berguguran. Pasar saham global juga mengalami kerugian dengan latar belakang penguatan indeks dolar AS (AS) dan meningkatnya kekhawatiran bahwa The Fed yang akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin.

“Kebijakan The Fed melawan inflasi mungkin tidak akan selesai sampai investor kehilangan nilai dari Bitcoin. Jelas The Fed ingin melihat kondisi keuangan yang lebih ketat, termasuk harga saham yang lebih rendah. Berarti kripto juga, karena sangat berkorelasi dengan ekuitas. Itu kemungkinan berita yang tidak diinginkan bagi investor kripto, yang telah menderita kerugian besar,” jelas Afid.

Afid melanjutkan, jika BTC tidak dapat bertahan di atas angka US$18.000, kemungkinan harga dapat turun ke kisaran US$17.000. Sementara level resistance overhead untuk BTC berada di level US$21.100.

Indikator teknikal juga menunjukkan peningkatan momentum bearish. Relative Strength Index (RSI) berada di bawah setengah garis yang berarti penjual lebih banyak daripada pembeli di pasar. Hasil dari pembacaan ini merupakan indikasi bahwa penjual mendorong momentum harga di pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper