Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat di Hadapan Dolar AS Usai Harga Komoditas Naik

Nilai tukar rupiah dibuka menguat pada perdagangan Selasa (6/9/2022) di hadapan dolar AS bersama sejumlah pasang mata uang di Asia.
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka menguat pada perdagangan Selasa (6/9/2022) di hadapan dolar AS bersama sejumlah pasang mata uang di Asia.

Mengutip data Bloomberg, mata uang Garuda terpantau menguat 0,13 persen atau 19,5 poin ke Rp14.887,5 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS terpantau melemah 0,26 persen ke 109,535.

Bersama rupiah, mata uang yen Jepang menguat 0,09 persen, dolar Singapura menguat 0,07 persen, won Korea Selatan menguat 0,08 persen, dan baht Thailand menguat 0,40 persen.

Sebelumnya, Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka memperkirakan untuk perdagangan hari ini mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatuf namun ditutup melemah di rentang Rp14.880 - Rp14.930.

Menurutnya, dolar AS masih dalam posisi tertinggi setelah Rusia menghentikan pasokan gas ke Eropa, meningkatkan kekhawatiran kekurangan energi saat musim dingin mendekat dan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan melanjutkan pengetatan moneter yang agresif, terutama setelah rilis data nonfarm payrolls yang lebih baik dari perkiraan pada Jumat mendatang.

"Pasar berjangka memperkirakan peluang lebih dari 50 persen The Fed akan menaikkan 75 basis poin pada pertemuan kebijakan September," tulis Ibrahim dalam riset harian, Senin (5/9/2022).

Raksasa energi Rusia Gazprom mengumumkan rencananya untuk menutup pipa Nord Stream ke Jerman segera setelah penutupan perdagangan gas alam di Eropa pada hari Jumat, dan beberapa jam setelah menteri keuangan G-7 telah menyepakati perlunya mengenakan batasan harga pada ekspor minyak Rusia.

Dari sisi internal, Presiden Joko Widodo beserta para Menteri secara tiba-tiba mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan Solar. Kenaikan harga BBM termasuk disebabkan kondisi carut marut ekonomi global akibat invasi Rusia terhadap Ukraina yang terus berkecamuk.

Pilihan terakhir Pemerintah dalam menaikan harga BBM yaitu mengalihkan subsidi BBM sehingga harga beberapa jenis BBM yang selama ini di subsidi akan mengalami penyesuaian. Walaupun harga minyak dunia terus melemah di US$86,77 per barel bahkan diperkirakan akhir tahun ini dibawah U$80 per barel.

Seperti diketahui, Presiden akhirnya memutuskan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Harga Pertalite diputuskan naikdari Rp7.650 jadi Rp10.000 per liter, naik sekitar 30 persen .

Katalis kenaikan harga BBM Bersubsidi akan menjadi salah satu penggerak utama di pasar finansial Indonesia.  Dari naiknya harga BBM bersubsidi akan berdampak terhadap kenaikan inflasi, yang membuat mata uang garuda kembali menjadi korban walaupun respon awal sempat menguat sesaat.

"Walaupun kebijakan tersebut dapat meningkatkan inflasi, menaikkan suku bunga, dan merugikan konsumsi rumah tangga dalam jangka pendek, keputusan tersebut akan menghilangkan kebijakan menggantung yang membuat orang asing enggan membeli aset dalam rupiah," tutup Ibrahim.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Pandu Gumilar
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper