Bisnis.com, JAKARTA — Emiten minyak dan gas milik taipan Arifin Panigoro, PT Medco Energi International Tbk. (MEDC) merevisi naik target produksi minyak dan gasnya, menyusul kinerja positif sepanjang enam bulan pertama 2022.
Director Chief Financial Officer Medco Energi International Anthony R. Mathias dalam konferensi pers kinerja semester I/2022 mengatakan MEDC menetapkan produksi minyak dan gas tahun ini mencapai 170 juta barel per hari (mboepd) untuk sisa 2022. Jumlah ini naik dari target sebelumnya yang ditetapkan di angka 160 juta barel per hari.
“Produksi migas sepanjang semester I/2022 mencapai 153 mboepd dan produksi proforma 181 mboepd yang mana sangat bagus. Untuk target produksi [secara finansial] kami naikkan dari 150 mboepd menjadi 155 mboepd dengan proforma produksi 170 mboepd,” kata Mathias, Selasa (23/8/2022).
Dia menjelaskan kenaikan target produksi sejalan dengan masih kuatnya permintaan gas. MEDC juga memperkirakan biaya produksi migas masih di bawah US$10 per barel.
“Struktur produksi 78 persen adalah gas dengan 43 persen harga menyesuaikan pasar, sementara 57 persen dengan fixed price sebagai antisipasi atas risiko resesi,” lanjutnya.
Medco juga merevisi alokasi belanja modal untuk bisnis minyak dan gas dari sebelumnya US$275 juta menjadi US$250 juta. Sementara capex untuk ketenagalistrikan turun menjadi US$25 juta dari sebelumnya US$50 juta.
Baca Juga
Adapun sepanjang semester I/2022, perseroan telah merealisasikan belanja modal sebesar US$102 juta untuk bisnis migas dan US$15 juta untuk ketenagalistrikan. Sebagian besar belanja modal diserap untuk pengembangan Natuna dan Riau IPP.
MEDC tercatat membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 80,34 persen sepanjang semester I/2022. Laba bersih MEDC juga melejit 482,11 persen pada periode yang sama.
Berdasarkan laporan keuangan MEDC per 30 Juni 2022 yang tidak diaudit, dikutip Senin (22/8/2022), pendapatan MEDC mencapai US$1,14 miliar setara Rp16,74 triliun (kurs Rp14.600) naik 80,34 persen dibandingkan dengan US$636,29 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan tersebut berasal dari kontrak dengan pelanggan sebesar US$1,12 miliar naik dari US$617,43 juta, serta pendapatan keuangan yang tumbuh menjadi US$20,85 juta.
Seiring kenaikan pendapatan tersebut, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menyentuh US$270,1 juta setara Rp3,94 triliun, tumbuh 482,11 persen dari US$46,48 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.