Bisnis.com, NUSA DUA – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) ingin mengawinkan layanan internet berbasis fixed broadband, Indihome, dengan anak usaha PT Telkomsel yang berbasis nirkabel.
Penggabungan ini akan berdampak terhadap kepemilikan saham Telkom dan Singtel Singapura di Telkomsel. Seperti diketahui, Singtel milik Temasek Group, mengenggam 35 persen saham Telkomsel, sedangkan Telkom 65 persen.
Dengan komposisi itu, Singtel turut menjadi pemegang saham pengendali di Telkomsel. Bila Indihome digabungkan, bakal menambah porsi kepemilkan saham Telkom di Telkomsel.
Negosiasi penggabungan Indihome dengan Telkomsel tengah berjalan. Singtel dikabarkan enggan mengurangi porsi kepemilikan saham di Telkomsel yang selama ini menjadi lumbung margin perusahaan telekomunikasi tersebut.
Hal tersebut dibenarkan oleh Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo di sela-sela acara Telkom Group Investor Day di Nusa Dua, Bali, pekan lalu.
Menurutnya, pihak Telkom menawarkan bisnis data center kepada Singtel dengan skema perusahaan patungan (joint venture) agar mereka setuju melakukan penggabungan Indihome ke Telkomsel.
"Kamu mau memasukan Indihome [ke Telkomsel] itu ada valuasi. Mereka [Singtel] akan terdilusi [porsi saham berkurang] kan. Mereka [ditawarkan] joint venture di data center. Jadi trade off-nya begitu," ujar Tiko, begitu biasa disapa.
Bisnis data center yang ditawarkan adalah project Telkom yang ada di Batam. Singtel sendiri berminat, ungkap Tiko, sebab penambahan bisnis data center di Singapura sudah tidak diizinkan karena tidak ada lahan.
Namun, ada catatan agar bisnis data center di Batam berbasis green energy. Oleh sebab itu, lanjutnya, Telkom menggandeng Medco Group yang memiliki pembangkit ramah lingkungan di kawasan itu.
“Jadi nanti akan ada tiga yang terlibat, Telkom, Singtel, dan Medco. Bulan depan rencanaya saya mau ketemu sama Moon [Yuen Kuan Moon], CEO-nya Singtel," terangnya.
Upaya Telkom untuk menjadi pengendali penuh Telkomsel telah lama dilakukan pemerintah. Bahkan, satu dekade sebelumnya, Menteri BUMN Mustafa Abubakar era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bersama mantan Dirut Telkom Rinaldi Firmansyah merayu Singtel untuk melepas saham di Telkomsel.
Namun, Singtel enggan melepas kepemilikan di perusahaan seluler terbesar di Tanah Air itu. Hingga akhirnya muncul skema untuk menggabungkan Indihome dengan Telkomsel.
Menurut informasi, penggabungan Indihome dengan Telkomsel tidak menambah signifikan kepemilikan saham Telkom. Bahkan tidak lebih dari 5 persen.
Dirut Telkom Ririek Ardiansyah membenarkan mengenai skema penggabungan Indihome dengan Telkomsel. “Ketika kami memindahkan, dari Indihome ke Telkomsel itu tentunya tujuan utama tidak hilangkan, kami tidak jual Indihome pada Singtel,” terangnya.
Model penggabungan usaha dapat berupa penjualan aset bisnis kepada Telkomsel. Skema ini pernah dilakukan oleh Telkomsel ketika melepas puluhan ribu tower kepada PT Datamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel.
Apabila menggunakan skema penjualan aset Indihome, menurut Ririek, dana dari hasil penjualan itu akan diinvestasikan. “Balance [pengalihan aset] bisa bentuk cash [tunai], kami investasikan tempat lain, saya ingin [Telkom] tumbuh di atas GDP," jelasnya.
Seperti diketahui, Telkomsel adalah market leader pada bisnis nirkabel atau seluler dengan memiliki 176 juta pelanggan pada 2021.
Adapun layanan fixed broadband Telkom memiliki 8,6 juta pelanggan melalui merek IndiHome dan menguasai pangsa pasar sekitar 80 persen.
Telkom sendiri tengah mengembangkan bisnis data center, lewat anak usahanya NeutraDC. Selain di Batam, proyek serupa akan dibangun di Manado dan IKN Nusantara.
Adapun Telkom telah memiliki data center di Cikarang dengan total kapasitas 10.000 rack dan daya mencapai 75 Megawatt. Proyek mercusuar itu dibangun di atas lahan 6,5 hektare.