Bisnis.com, JAKARTA -- Cek perbandingan kinerja emiten subsektor industri kimia selama triwulan pertama 2022 sebagaimana dihimpun DataIndonesia.id di sini.
Data yang dihimpun antara lain perbandingan pendapatan, perbandingan pertumbuhan pendapatan, perbandingan laba bersih, perbandingan total aset, perbandingan liabilitas, serta perbandingan ekuitas.
Selain itu, ada perbandingan ROA atau rasio pengembalian aset, perbandingan ROE atau rasio pengembalian ekuitas, serta perbandingan NPM atau net profit margin. Ada juga data emiten dengan DER atau debt to equity ratio di bawah 1.
Data beserta visualisasi dan analisis selengkapnya dapat disimak melalui DataIndonesia.id dalam laporan Kinerja Moncer Emiten Kimia Dasar di sini.
Kinerja emiten yang tergabung dalam subsektor barang kimia dasar terpantau moncer sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.
Baca Juga
Dari 14 emiten di industri ini yang telah merilis laporan keuangan kuartal I/2022, rata-rata membukukan kenaikan pedapatan sebesar 28,59% (yoy) dengan lonjakan pertumbuhan laba bersih hingga 145,14% (yoy).
Dari sisi nominal, PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), meraup pendapatan terbesar hingga Rp11,67 triliun pada kuartal I/2022. Jumlah itu naik 10,27% dari kuartal I/2021 yang sebesar Rp10,58 triliun. Selengkapnya di sini.
Sementara itu, emiten kimia dasar yang mencetak laba terbesar adalah PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) senilai Rp371,86 miliar. Nilai itu melesat 298,19% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp93,39 miliar.
Lonjakan laba bersih ESSA ikut terdorong dari kenaikan tajam pendapatan hingga 128,56% menjadi Rp2,28 triliun dari Rp998,39 miliar.
Pencetak kenaikan cuan tertinggi adalah PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk. (BMSR) yang meroket hingga 2.172,21% dari Rp4,04 miliar menjadi Rp91,84 miliar.
Sejumlah miten kimia dasar ikut diuntungkan dari kenaikan harga yang terjadi di pasar komoditas global serta ekspektasi pemulihan global. Kinerja ESSA, misalnya, mendapatkan berkah dari tingginya harga amonia dan LPG di tengah terbatasnya pasokan akibat oleh konflik Rusia dan Ukraina.
Pada kuartal I/2022, harga realisasi amonia berada di US$815/MT atau melonjak 173% dibandingkan pada kuartal I/2021. Sementara harga realisasi LPG berada di level US$798/MT atau lebih tinggi 37% dibandingkan setahun sebelumnya. Selengkapnya di sini.
Meski secara rata-rata positif, tetapi masih ada sejumlah perusahaan yang mengalami tekanan. Tiga emiten tercatat mengalami penurunan pendapatan, yakni PT Madusari Murni Indah Tbk. (MOLI) , PT Indo Acidatama Tbk. (SRSN), dan PT Polychem Indonesia Tbk. (ADMG).
Pendapatan MOLI menyusut 19,89% (yoy) dari Rp443,50 miliar menjadi Rp355,28 miliar. SRSN juga mengalami koreksi pendapatan sebesar 13,48% (yoy) dari Rp219,19 miliar menjadi Rp189,64 miliar.
Lalu, pendapatan ADMG turun 8,52% dari Rp713,96 miliar menjadi Rp653,12 miliar. Sementara itu, enam emiten mencatatkan tekanan laba bersih. Bahkan, tiga di antaranya menderita rugi bersih, yakni PT Polychem Indonesia Tbk. (ADMG), PT Indo Acidatama Tbk. (SRSN), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA).
PT Polychem Indonesia Tbk. (ADMG) mencatatkan rugi sebesar Rp74,81 miliar dari sebelumnya untung Rp13,03 miliar. PT Indo Acidatama Tbk. (SRSN) juga menderita rugi Rp4,33 miliar dari sebelumnya laba Rp2,75 miliar. Kemudian, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) membalik untung Rp1,23 triliun menjadi rugi Rp161,21 miliar.
Masih ada satu emiten yang belum merilis laporan keuangannya pada kuartal I/2022. Emiten itu adalah PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. (SBMA).
Sebagai catatan, rekapan kinerja emiten produsen kimia dasar ini disetarakan dalam mata uang rupiah dengan kurs nilai tukar Rp14.349/US$ per Maret 2022 dan Rp14.572/US$ per Maret 2021.
Simak data beserta visualisasi dan analisis selengkapnya melalui DataIndonesia.id dalam laporan Kinerja Moncer Emiten Kimia Dasar di sini.