Bisnis.com, JAKARTA -- Simak data perbandingan kinerja 11 emiten farmasi sebagaimana dihimpun DataIndonesia.id di sini.
Data yang dirangkum antara lain mencakup perbandingan pendapatan, perbandingan pertumbuhan pendapatan, perbandingan laba bersih, perbandingan pertumbuhan laba bersih, perbandingan aset, perbandingan ekuitas, perbandingan liabilitas, serta prospek ke depan.
Data dan visualisasi selengkapnya dapat disimak melalui laporan berjudul Masa Adaptasi Emiten Farmasi di DataIndonesia.id dalam tautan ini.
Kinerja emiten yang tergabung dalam subsektor farmasi terpantau masih dapat mencetak kenaikan pendapatan secara rata-rata pada kuartal I/2022.
Namun demikian, rata-rata perolehan laba bersih emiten di subsektor tersebut tergerus sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Data selengkapnya di sini.
Dari 11 emiten yang telah merilis laporan keuangan kuartal I/2022, rata-rata mencetak pertumbuhan pendapatan sebesar 15,72% secara tahunan (yoy).
Baca Juga
Sementara itu, rata-rata laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik induk tertekan dengan penurunan hingga 259,69%. Selengkapnya di sini.
PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA) mencetak kenaikan pendapatan paling tinggi sebesar 46,86% (yoy) dari Rp117,42 miliar menjadi Rp172,44 miliar sepanjang periode Januari-Maret 2021.
Adapun laba bersih PT Organon Pharma Indonesia Tbk. (SCPI) melaju paling kencang hingga 104,46% (yoy) dari Rp27,32 miliar menjadi Rp55,86 miliar. Selengkapnya di sini.
Dari sisi nominal, PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) menempati urutan teratas, baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih paling besar. KLBF berhasil meraup pendapatan Rp7,02 triliun atau naik 16,63% dari sebelumnya Rp6,02 triliun per Maret 2021.
Meskipun rata-rata pendapatannya meningkat, dua emiten BUMN farmasi justru mencetak penurunan pemasukan, yakni PT Kima Farma Tbk. (KAEF) dan PT Indofarma Tbk. (INAF).
Pendapatan INAF turun 9,16% dari Rp373,20 miliar menjadi Rp339,03 miliar. Sementara, pendapatan KAEF turun 1,73% (yoy) dari Rp2,30 triliun menjadi Rp2,26 triliun.
Dari sisi bottom line, ada lima emiten farmasi yang mengalami penurunan tajam. PT Indofarma Tbk. (INAF) tercatat menjadi emiten farmasi yang paling tertekan dengan berbalik rugi Rp51,18 miliar dari sebelumnya untung Rp1,82 miliar.
Simak data dan visualisasi selengkapnya melalui laporan berjudul Masa Adaptasi Emiten Farmasi di DataIndonesia.id dalam tautan ini.