Bisnis.com, JAKARTA – Imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) Indonesia sempat melemah jelang pengumuman Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI)
Data dari World Government Bonds pada Kamis (21/7/2022) mencatat, tingkat imbal hasil SUN Indonesia dengan tenor 10 tahun berada di level 7,606 persen. Posisi ini lebih tinggi dibandingkan dengan level pada 20 Juli kemarin pada 7,468 persen.
Selama sepekan terakhir, yield SUN Indonesia telah melemah sebesar 32,5 basis poin. Sementara itu, dalam periode 1 bulan belakangan, imbal hasil SUN telah menguat 9,2 basis poin.
Adapun, level credit default swap (CDS) 5 tahun Indonesia per hari ini ada di level 144,36. Posisi tersebut mengindikasikan probabilitas default atau gagal bayar sebesar 2,41 persen.
Sebelumnya, Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe mengatakan, tren volatilitas masih akan berlanjut sepanjang semester II/2022.
Salah satu katalis yang menekan pergerakan pasar obligasi Indonesia adalah kelanjutan langkah The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya. Ia memperkirakan, kebijakan The Fed tersebut terutama akan terjadi pada kuartal III/2022 mendatang.
Baca Juga
“Kenaikan suku bunga The Fed akan membuat investor asing lebih memilih obligasi AS karena yield-nya akan naik mengikuti suku bunga,” jelasnya.
Langkah kenaikan suku bunga The Fed kemungkinan akan diikuti Bank Indonesia (BI) pada kuartal yang sama. Amir memprediksi yield SUN seri acuan pada periode ini berpotensi menembus kisaran 7,7 persen hingga 7,8 persen.
Amir melanjutkan, langkah yang dilakukan BI akan turut meningkatkan risiko di pasar surat utang Indonesia. Seiring dengan hal tersebut, level credit default swap (CDS) Indonesia pun akan terkerek naik.