Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas menuju pelemahan lima minggu beruntun atau penurunan terpanjang dalam hampir empat tahun, di tengah aksi investor yang cenderung berburu safe-haven dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Jumat (15/7/2022), emas telah berada di bawah tekanan tanpa henti dalam sebulan terakhir karena investor beralih ke greenback dalam menghadapi kebijakan bank sentral Federal Reserve yang semakin hawkish. Perdagangan emas mendapat dorongan lain minggu ini dari melonjaknya inflasi AS.
Emas merosot di bawah US$1.700 per ounce pada Kamis (14/7/2022) untuk pertama kalinya dalam hampir setahun, sementara pengukur dolar AS Bloomberg naik ke level rekor.
Sementara inflasi tinggi dan ancaman pertumbuhan biasanya membantu emas, logam mulia ini justru melemah karena investor mempertimbangkan prospek kenaikan suku bunga yang lebih besar atau lebih sering dari The Fed yang mencoba mengekang tekanan harga. Emas tidak membayar bunga, dan, seperti komoditas denominasi dolar lainnya, ia menderita ketika dolar naik.
Penurunan minggu ini memperpanjang tahun 2022 yang penuh gejolak untuk emas, yang sempat melonjak di atas US$2.000 per ounce setelah serangan Rusia ke Ukraina. Sejak itu emas melemah karena The Fed menaikkan suku bunga dan dolar menguat.
Emas terpantau stabil pada Jumat sesi Asia di US$1.712,44 per ounce, menuju kerugian mingguan 1,7 persen. Nilai ini turun sekitar 17 persen dari tertinggi Maret 2022. Adapun harga platinum, paladium, dan perak semuanya sedikit berubah.
Baca Juga
Di dalam negeri, Berdasarkan informasi dari Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam, hari ini harga dasar emas 24 karat ukuran 1 gram dijual senilai Rp962.000 turun Rp5.000 dari harga kemarin, Kamis (14/7/2022).
Adapun emas satuan terkecil Antam dengan ukuran 0,5 gram dijual seharga Rp531.000 turun Rp2.500 dari posisi kemarin.