Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Direktur PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) Haryanto Adikoesoemo menambah porsi kepemilikan sahamnya di perseroan dengan membeli 200.000 saham. Transaksi ini dilakukan dalam rangka investasi.
Berdasarkan keterangan yang disampaikan perseroan, Haryanto membeli 200.000 saham dengan harga rata-rata Rp1.065 per saham. Dengan demikian, total dana yang dirogoh Haryanto untuk investasi ini mencapai Rp213 juta.
Adapun total kepemilikan saham Haryanto di AKRA naik dari 150.808.600 saham menjadi 151.008.600 saham atau setara 0,75 persen.
Di bursa saham, saham AKRA terpantau melemah 0,48 persen ke posisi 1.035 pada pukul 9.22 WIB, sejalan dengan gerak IHSG yang berada di zona merah pada awal perdagangan.
Sebanyak 1,95 juta saham AKRA diperdagangkan pagi ini dengan nilai Rp2,03 miliar dan sebanyak 292 kali. Kapitalisasi pasar AKRA tercatat berada di Rp20,78 triliun.
AKRA mencatatkan pertumbuhan kinerja dalam perdagangan dan distribusi selama 6 bulan pertama 2022.
Baca Juga
Direktur AKRA Suresh Vembu melalui keterangan resmi mengatakan kinerja AKRA selama semester I/2022 tetap kuat didorong oleh pertumbuhan volume dan juga dengan mempertahankan atau meningkatkan margin absolut BBM dan kimia dasar yang didistribusikan oleh AKRA.
Menurut Suresh, permintaan dari produk BBM seperti solar dan fuel oil meningkat dengan kondisi positif di semua sektor.
"Kami memperkirakan volume BBM yang dijual pada periode 6 bulan pertama 2022 mencapai target. Kami memperkirakan margin laba bruto semester I/2022 akan lebih tinggi dari yang dianggarkan," kata Suresh dalam keterangan resminya, Kamis (14/7/2022).
Menurutnya, AKRA menghasilkan arus kas yang sehat selama 6 bulan pertama, dengan penagihan yang lebih baik, pengelolaan modal kerja yang efektif, dan kebutuhan belanja modal yang moderat.
Sementara itu, dari segmen kimia dasar, AKRA melihat kenaikan harga antara 60 persen sampai 70 persen selama semester I/2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut Suresh, permintaan bahan kimia dasar meningkat, sementara pasokan bahan kimia dari dalam negeri dan impor dipengaruhi oleh gangguan rantai pasokan maupun kekurangan pasokan yang mendorong average selling price (ASP).
"Kami melihat permintaan bahan kimia dasar utama yang lebih tinggi ke berbagai perusahaan manufaktur, terutama tekstil, rayon, alumina, sabun, MSG dan industri lainnya," kata dia.
Dengan peningkatan pendapatan bahan kimia dasar yang didorong ASP dan volume, AKRA memperkirakan jumlah margin laba bruto absolut bahan kimia dasar akan meningkat secara signifikan.