Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,14 persen atau 9,54 poin ke 6.731,68 pada akhir sesi I perdagangan siang ini, Selasa (12/7/2022).
Mengutip Bloomberg pada 11.30 WIB, sebanyak 266 saham menguat, 232 saham melemah, dan 170 saham stagnan. Selama sesi I, IHSG bergerak di kisaran 6.708,17-6.739,45.
Saham emiten batu bara Grup Bakrie PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) masuk ke jajaran top gainers dengan penguatan 8,22 persen. Saham anak usahanya, PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) juga ikut melompat 1,75 persen.
Saham batu bara lain yang menguat dan masuk ke top gainers hari ini antaralain saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) yang naik 4,24 persen, dan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) yang menanjak 5,50 persen.
Di saat IHSG menguat, saham teknologi seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) anjlok 1,18 persen, dan saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) turun 1,56 persen.
Sebelumnya, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, berdasarkan analisa teknikal, pihaknya melihat saat ini IHSG berpotensi melemah terbatas pada rentang 6.677–6.850.
Baca Juga
“Potensi rebound terbuka lebar, meskipun volatilitas bertambah,” jelas dia dalam riset harian, Selasa (12/7/2022).
Dari sentimen global, kata Nico datang dari potensi resesi yang terjadi di kawasan Eropa. Pasalnya risiko resesi di kawasan ini terus mengalami kenaikkan secara probabilitas.
Resesi di Eropa bisa datang dari berbagai faktor termasuk invasi Rusia ke Ukraina, kekurangan gas alam dan energi, serta inflasi yang terus mencetak rekor kenaikkan. Probabilitas resesi ekonomi telah meningkat dari sebelumnya 30 persen menjadi 45 persen hanya selang 1 bulan saja, yang dimana pengukuran probabilitas dilakukan pada Juni 2022 dan dilanjutkan pada bulan Juli 2022.
“Dengan begini, probabilitas terjadinya resesi di Eropa justru lebih tinggi daripada probabilitas terjadinya resesi di Amerika, yang hanya berkisar 38 persen,” jelas dia.
Sebelumnya, probabilitas resesi di Eropa hanya berkisar 20 persen, hal tersebut terjadi sebelum Rusia menginvasi Ukraina. Dan resesi di Eropa, kemungkinan besar akan terjadi mulai dari Jerman sebagai salah satu negara yang paling rentan terhadap pengurangan energi yang dilakukan Rusia.