Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Raksasa Teknologi AS Anjlok Lagi, Wall Street Ambles

Bursa saham AS anjlok setelah saham-sahams seperti Amazon dan Tesla melemah tajam, ditambah rilis data indeks kepercayaan konsumer AS yang berada di bawah ekspektasi.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah tajam pada perdagangan hari ini, Rabu (29/6/2022), tertekan oleh anjloknya saham-saham teknologi besar dan data indeks kepercayaan konsumer AS yang lemah.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 1,56 persen ke 30.946,99, sedangkan indeks S&P 500 melemah 2,01 persen ke 3.821,55 dan Nasdaq Composite ambles 2,98 persen ke 11.181,54.

Wall Street melemah setelah indeks kepercayaan konsumen AS turun ke level terendah dalam lebih dari satu tahun pada Juni karena inflasi terus mengurangi pandangan ekonomi warga AS.

Indeks Kepercayaan Konsumen dari Conference Board yang dirilis Selasa turun menjadi 98,7 dari data revisi bulan Mei sebesar 103,2. Angka ini lebih rendah dari perkiraan median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom sebesar 100.

Data ekonomi yang lesu ini datang pada saat analis tetap optimis tentang pendapatan perusahaan, dengan perkiraan margin bersih untuk emiten indeks S&P 500 pada rekor tertinggi.

Wall Street menghapus kenaikan yang mencapai 1 persen pada hari sebelumnya, dan bergerak di dekat level retracement utama Fibonacci 38,2 persen di 3.815. rebalancing portofolio kuartalan juga memicu volatilitas. 

Nasdaq tenggelam terseret oleh raksasa teknologi seperti Amazon.com Inc. dan Tesla Inc. Saham Amazon anjlok 5,14 persen, sementara Tesla terkoreksi 5 persen.

Tim analis Goldman Sachs Group Inc. mengatalan perkiraan margin terlalu optimis sehingga saham terpapar risiko lebih banyak kerugian ketika analis menurunkan perkiraan mereka.

Sementara itu, Max Kettner dari HSBC Plc mengatakan pasar saham masih belum mencerminkan dampak dari potensi resesi, sehingga ekspektasi pendapatan berisiko direvisi lebih rendah.

"Satu hal yang dapat kami katakan dengan keyakinan adalah bahwa volatilitas pasar yang tinggi kemungkinan akan bertahan sampai ada bukti yang jelas bahwa inflasi turun dan skiap the Fed menjadi kurang hawkish," kata kepala alokasi aset AS di UBS Global Wealth Management, Jason Draho, dilansir Bloomberg, Rabu (29/6/2022).

Sebelumnya, pejabat Federal Reserve mengecilkan kekhawatiran bahwa ekonomi AS mengalami resesi, bahkan jika bank sentral menaikkan suku bunga 75 basis poin lagi bulan depan. Presiden The Fed New York John Williams dan Mary Daly dari San Francisco sama-sama mengakui bahwa mereka harus meredakan inflasi, namun menekankan bahwa soft landing masih mungkin dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper