Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup melemah di hadapan dolar AS pada perdagangan Selasa (28/6/2022) ke Rp14.830 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah ditutup melemah 0,23 persen atau 33,5 poin ke Rp14.830 per dolar AS, di saat yang bersamaan indeks dolar AS turut mengalami pelemahan 0,08 persen ke 103,854.
Bersama dengan rupiah, yen Jepang juga melemah 0,20 persen, dolar Taiwan melemah 0,22 persen, dan rupee India melemah 0,52 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan saat ini dolar AS melemah karena ekspektasi inflasi yang melemah mendorong penilaian ulang terhadap prospek kenaikan suku bunga yang agresif tetapi pasar yang bergejolak menahan penurunan yang lebih luas.
“Taruhan kenaikan suku bunga yang agresif telah mendorong indeks dolar AS naik ke level tertinggi hampir dua dekade di 105,79 awal bulan ini. Tetapi dengan beberapa indikator data frekuensi tinggi yang menunjukkan momentum ekonomi mulai mendingin dan penurunan harga komoditas yang lebih luas, investor menjadi berhati-hati,” ungkap Ibrahim dalam riset harian, Selasa (28/6/2022).
Forum tahunan Bank Sentral Eropa tentang perbankan sentral di Sintra, Portugal, sedang berlangsung dengan Presiden ECB Christine Lagarde dan Ketua Federal Reserve Jerome Powell AS menghadiri pertemuan tersebut. Pasar akan mengamati tanda-tanda pergerakan kebijakan di masa depan.
Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) memperingatkan untuk tetap waspada terhadap risiko stagflasi global yang masih akan membayangi perekonomian Indonesia ke depan, meskipun beberapa agensi yang datang ke Indonesia mengatakan percaya diri dengan kondisi Tanah Air.
Saat ini, BI masih sangat memperhatikan terkait inflasi meskipun pada 2022 ini inflasi bakal melewati batas atas BI di level 4 persen. Kendati demikian, Bank Indonesia optimistis inflasi pada 2023 akan kembali pada kisaran BI, yaitu kembali di range 3 persen plus minus 1 persen.
BI akan terus mewaspadai tingkat inflasi ke depannya, terutama dari volatile food dan dampak terhadap ekspektasi inflasi. Dalam hal ini, BI akan mengerahkan seluruh kebijakan yang dimiliki termasuk penyesuaian suku bunga jika ada sinyal-sinyal kenaikan inflasi inti.
Di lain sisi terkait nilai tukar, diperkirakan tekanan yang cukup tinggi terhadap nilai tukar di tahun ini dan akan mereda pada 2023. Kondisi ini didikung oleh fundamental Indonesia yang relatif lebih stabil. Apalagi, cadangan devisa juga masih cukup kuat dan prospek perekonomian cukup kuat untuk ekonomi domestik.
Ke depannya, BI akan memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah. Ini sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental dari nilai tukar itu sendiri guna mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makro ekonomi.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.820 - Rp14.860.