Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Menguat, Dua Masalah Serius Ini Jadi Pemicu

Harga minyak menguat seiring dengan ketatnya pasokan global di tengah badai Covid-19 di China dan prospek kenaikan suku bunga di AS.
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Ketatnya pasokan global mendorong penguatan harga minyak di sesi perdagangan yang bergejolak pada akhir perdagangan Selasa (14/6/2022) waktu Jakarta.

Pasokan global yang ketat telah melebihi kekhawatiran bahwa permintaan akan tertekan oleh meningkatnya kasus Covid-19 di Beijing dan lebih banyak kenaikan suku bunga di negara maju, termasuk AS.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 26 sen atau 0,2 persen, menjadi menetap di US$122,27 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli bertambah 26 sen atau 0,2 persen, menjadi ditutup di US$120,93 per barel.

Pada perdagangan bergejolak pada Senin (13/6/2022), WTI mencapai level terendah intraday US$117,47 per barel. Patokan global diperdagangkan serendah US$118,95 per barel di awal sesi. Kedua tolok ukur tersebut menyentuh level intraday terendah sejak 7 Juni.

Pasokan minyak terbatas, dengan OPEC dan sekutunya tidak dapat sepenuhnya memenuhi peningkatan produksi yang dijanjikan karena kurangnya kapasitas di banyak produsen, sanksi terhadap Rusia dan kerusuhan di Libya yang telah memangkas produksi.

Harga minyak telah melonjak pada 2022 karena invasi Rusia ke Ukraina pada Februari menambah kekhawatiran pasokan dan karena permintaan pulih dari penguncian terkait pandemi Covid-19. Pada Maret, Brent mencapai US$139, tertinggi sejak 2008. Pekan lalu, kedua harga acuan minyak naik lebih dari satu persen.

"Kami kesulitan dengan hilangnya [minyak] Rusia jadi sekarang tambahkan tanda seru dengan situasi Libya," kata Robert Yawger, Direktur Eksekutif Energi Berjangka di Mizuho.

Pada Sabtu (11/6/2022), harga rata-rata bensin AS melebihi US$5,0 per galon untuk pertama kalinya, menurut data AAA.

Menimbulkan kekhawatiran permintaan, distrik terpadat di Beijing, Chaoyang, mengumumkan tiga putaran pengujian massal untuk memadamkan wabah Covid-19 yang "ganas".

"Kami tidak tahu apa yang akan terjadi dengan China. Suasana saat ini suram," kata Analis Price Futures Phil Flynn.

Di sisi lain, kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga lebih lanjut, diperkuat oleh data inflasi AS pada Jumat (10/6/2022) yang menunjukkan indeks harga konsumen naik 8,6 persen bulan lalu, juga menekan harga minyak lebih rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper