Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Suku Bunga AS, Rupiah Ditutup Melemah terhadap Dolar AS

Rupiah ditutup melemah bersama dengan mata uang Asia lainnya di tengah peningkatan dolar AS.
Uang dolar dan rupiah di salah satu money changer di Jakarta, Rabu (16/2/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di salah satu money changer di Jakarta, Rabu (16/2/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (7/6/2022) di tengah pelemahan mata uang Asia. Dolar AS menguat seiring dengan peningkatan suku bunga The Fed.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB, mata uang rupiah ditutup turun 8,5 poin atau 0,06 persen ke level Rp14.454 per dolar AS.

Sementara itu, mata uang Asia lainnya turut ditutup turun yakni yen Jepang yang melemah 0,64 persen, yuan China terkoreksi 0,18 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,16 persen terhadap dolar Amerika Serikat.

Sementara itu, indeks dolar di pasar spot tercatat menguat 0,02 persen ke level 102,47.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya menyebutkan penguatan dolar AS tidak lepas dari ekspektasi pasar bahwa The Fed akan memberikan lebih banyak kenaikan suku bunga, seiring dengan laporan pekerjaan AS yang kuat pada Jumat lalu. Di sisi lain, investor tengah menunggu indeks harga konsumen (CPI) AS sebagai petunjuk arah kebijakan suku bunga.

Sejumlah otoritas moneter diperkirakan akan mengikuti jejak The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunga, sebagai antisipasi inflasi. Bank Sentral Eropa akan menurunkan keputusan kebijakannya Kamis ini dan diperkirakan akan mengikuti jejak negara-negara lain.

Di Asia Pasifik, The Reserve Bank of Australia akan menyampaikan keputusan kebijakannya di kemudian hari dan diperkirakan akan menaikkan suku bunga berturut-turut untuk pertama kalinya dalam 12 tahun.

Dari dalam negeri, pasar diwarnai optimisme perekonomian yang cukup menjanjikan di tengah situasi perekonomian global yang Penuh guncangan. Perang Rusia dan Ukraina diperkirakan tidak berdampak signifikan bagi Indonesia meski terdapat sejumlah kebijakan larangan ekspor komoditas pangan, hal ini tecermin dari membaiknya PDB di kuartal I/2022.

Lebih lanjut, apabila sektor publik tidak mampu mempertahankan keamanan pangan, ada beberapa peran yang dapat dilakukan pemerintah melalui pengadaan publik (public procurement) dan kepemilikan publik (public ownership).

Hal ini dapat dilakukan melalui reformasi kelembagaan yang tujuannya menyediakan layanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, termasuk pengelolaan rantai pasokan.

Keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga, di sisi lain, dianggap tak menjadi persoalan mengingat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) stabil dan Indonesia tidak menghadapi kesulitan pangan yang di luar kendali.

“Secara keseluruhan, meskipun tingkat suku bunga di AS naik, tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap volatilitas rupiah. Alasannya, Indonesia telah memiliki eksposur terhadap banyak komoditas, dan harga komoditas yang tinggi pun tersedia di Indonesia. Kendati Indonesia juga pernah mengalami beberapa masalah krisis pangan global, tetapi di saat yang bersamaan, diimbangi juga dengan ekspor gas dan minyak,” tulis Ibrahim dalam risetnya.

Untuk perdagangan besok Rabu (8/6/2022), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.440—Rp14.490 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper