Bisnis.com, JAKARTA – Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mencatatkan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp6,47 triliun sepanjang kuartal I/2022.
Berdasarkan laporan keuangan GOTO yang tidak diaudit per 31 Maret 2021, rugi emiten berkode GOTO ini melonjak 3,57 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp1,81 triliun.
Sebagai catatan, kinerja keuangan GOTO pada kuartal I/2021 masih hanya mencantumkan kinerja PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau pengelola Gojek saja. Sementara itu, pada kuartal I/2022, perseroan sudah merger dengan PT Tokopedia dan membentuk GOTO. Adapun, pengumuman merger kedua usaha rintisan ini dilaksanakan pada 17 Mei 2021.
Sebenarnya, setelah merger, pendapatan bersih grup meningkat 65,69 persen menjadi Rp1,49 triliun per kuartal I/2022 dibandingkan dengan Rp904,83 miliar pada kuartal yang sama tahun lalu.
Sayangnya, seiring penggabungan pendapatan, terjadi pula peningkatan beban perseroan. Beban pokok pendapatan GOTO pada kuartal I/2022 naik 75,32 persen dari Rp693,14 miliar menjadi Rp1,21 triliun.
Selanjutnya, beban pokok penjualan dan pemasaran meningkat lebih tajam setara 6,66 kali lipat dari hanya Rp431,49 miliar menjadi Rp3,3 triliun. Beban umum dan administrasi juga naik tajam 270,15 persen menjadi Rp2,58 triliun.
Baca Juga
Beban pengembangan produk naik 85 persen menjadi Rp995,94 miliar, sementara beban penyusutan dan amortisasi naik 128 persen menjadi Rp761,46 miliar. Adapun, beban operasional dan pendukung naik menjadi Rp434,79 miliar.
Beban-beban yang meningkat sepanjang kuartal I/2022 tersebut membuat GOTO mencatatkan rugi sebelum pajak penghasilan sebesar Rp6,62 triliun melonjak 234,64 persen dari kuartal yang sama tahun lalu rugi sebesar Rp1,98 triliun.
Di sisi lain, jumlah liabilitas perseroan tercatat tidak jauh berubah pada kuartal I/2022 sebesar Rp16,61 triliun dari akhir tahun 2021 sebesar Rp16,11 triliun.
Sementara itu, total aset GOTO tercatat turun dari Rp155,13 triliun pada 31 Desember 2021 menjadi Rp151,13 triliun pada 31 Maret 2021. Penurunan terutama terjadi pada posisi kas dan setara kas yang menyusut menjadi Rp27,07 triliun dari Rp31,15 triliun pada akhir tahun 2021.
Jumlah ekuitas perseroan turun menjadi Rp134,52 triliun pada kuartal I/2022 dari akhir tahun 2021 yang sebesar Rp139,02 triliun. Hal ini seiring peningkatan akumulasi rugi dari Rp79,12 triliun menjadi Rp85,59 triliun.