Bisnis.com, JAKARTA — Emiten tambang di bawah naungan MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) makin gencar berekspansi ke sektor nikel untuk menyediakan fasilitas pendukung baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir.
Direktur Utama ANTM Nico Kanter menyebutkan, ekspansi terbaru Antam terkait dengan inisiatif pengembangan hilirisasi nikel untuk baterai kendaraan listrik.
Pada April 2022, ANTM bersama-sama PT Industri Baterai Indonesia (Indonesia Battery Corporation (IBC), dan PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co, Ltd (CBL) telah melakukan penandatanganan framework agreement terkait insiatif pengembangan untuk inisiatif proyek baterai kendaraan listrik (EV battery) terintegrasi. Antam dan IBC juga menandatangani perjanjian serupa dengan LG Energy Solution.
"Ini proyek yang bukan hanya srategis tapi bakal jadi legacy karena kita bekerja sama dengan 2 pemain baterai terbesar dunia. Kalau proyek ini jalan akan jadi pertama yang end to end, ini akan jadi battery cells sampai recycle.Tapi statusnya kita baru tandatangan framework agreement, kita harus finalisasikan, ini dalam finalisasi harus lengkap karena akan ada kerja sama dengan anak perusahaan antam jadi harus kita rampungkan, KJPP harus ikut serta memberikan valuasi agar ini berjalan," jelasnya pada konferensi pers, Selasa (24/5/2022).
Sebelumnya target JV atas kerja sama ini bisa dibentuk pada Juli 2022, tapi kedua perusahaan ini tidak mau membuat JV dengan mempertimbangkan masih banyaknya berbagai kondisi yang harus dipenuhi.
"Jadi sekarang targetnya September kalau bisa kita rampungkan kita tandatangani menjadi sesuatu yan lebih definitif agreement-nya," tambahnya.
Baca Juga
Dolok R. Silaban, Direktur Pengembangan Usaha Antam mengatakan rencana ekspansi perseroan di masa mendatang tetap melalui eksplorasi yang berkesinambungan, investasi dalam bentuk ekspansi, khususnya untuk nikel.
Saat ini fokus pengembangan Antam adalah hilirisasi produk nikel, terutama untuk masuk ke ekosistem baterai.
"Dalam waktu dekat kita juga akan investasi, baik bekerja sama secara minority dan investasi secara minority dan majority. Dalam waktu dekat, kita akan bekerja sama dengan perusahaan China dan Korea terutama dalam hal ekosistem battery ini lagi kita susun," jelas Dolok.
Diperkirakan jika proyek tersebut bisa terwujud, Indonesia akan dapat investasi kurang lebih di angka US$15 miliar - US$16 miliar. Antam akan terlibat dalam rencana bisnis tersebut dan bersama mitra akan meningkatkan produksi 350.000 ton nikel konten.
"Kita juga kerja sama dengan smelter yang sebentar lagi memasuki daerah yang beroperasi di Morowali, Sulawesi Tengah. Investasi kita ini diperkirakan kita akan memasukkan equity kita sekitar di bawah US$1 miliar dengan produksi per tahun 200-235 ribu ton nikel," tuturnya.
Jika ini telah terjadi, Antam akan mendapatkan profit yang lebih tinggi dibandingkan dengan saat ini karena kedua mitra perseroan di Maluku Utara akan mengonsumsi nikel ore-nya 34 juta - 36 juta ton. Sementara di Sulawesi diperkirakan kebutuhannya nikel ore-nya mencapai 21 juta ton.
"Kalau dibandingkan dengan Antam sekarang kurang lebih naik 4 kali lipat," imbuhnya.
Di sektor bauksit Antam bekerja sama dengan Inalum sehingga terintegrasi antara tambang dengan Inalum, sampai produksi alumina dan diteruskan hilirisasinya menjadi aluminium oleh Inalum.
"Kita juga rencanakan pemanfaatan kembali lebih besar di bisnis bauksit Tayan untuk memproduksi alumina 1 juta ton tambahan lagi," jelasnya.