Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tambang BUMN PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam mendapat revisi naik target harga saham.
Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap memaparkan, estimasi pendapatan ANTM 2022-2023 direvisi naik masing-masing menjadi Rp41,3 triliun (5,5 persen) dan Rp42,3 triliun (6,5 persen).
“Penyesuaian dilakukan karena kami meningkatkan rata-rata asumsi harga nikel global menjadi US$28.000 per ton masing-masing pada 2022 dan 2023,” jelas Juan dalam risetnya, dikutip Rabu (25/5/2022).
Alasan lainnya, Mirae melihat adanya kinerja yang cukup menjanjikan untuk proyek nikel Weda Bay Nickel (WBN) di masa mendatang. WBN dinilai akan meningkatkan porsi pendapatan ANTM.
Basis penilaian pun diubah oleh Mirae untuk tahun 2023 dengan target harga Rp3.700.
“Target harga kami berdasarkan metode campuran dari target 2023 EBITDA kelipatan 12,8x dan metode penilaian free cash flow to equity (FCFE),” imbuhnya.
Baca Juga
Pada kuartal I/2022, ANTM mencatatkan pendapatan sebesar Rp98 triliun, naik 6 persen year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Jumlah tersebut senada dengan ekspektasi Mirae dan juga konsensus di kisaran 24,9 persen dan 23,8 persen.
Peningkatan pendapatan tersebut berasal dari segmen feronikel yang bertumbuh 51 persen yoy, dan bijih nikel yang meningkat 70,8 persen yoy.
Laba bersih ANTM tercatat sebesar Rp1,5 triliun, naik 132,5 persen yoy yang jauh melampaui konsensus.
Meski begitu, dana capex perseroan terpantau masih rendah penyerapannya. Dana capex Antam pada kuartal I/2022 senilai Rp508 miliar baru terserap Rp151 miliar saja, atau sekitar 30 persen.
Rencananya, dana capex akan dialokasikan untuk dana operasional sebesar Rp30 miliar, dana proyek joint venture (JV) Rp104 miliar, dan investasi lainnya senilai Rp17 miliar.
Pada sesi pertama perdagangan Rabu, (25/5/2022), saham ANTM di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpantau turun 3,50 persen atau setara 90 poin ke posisi 2.480.
Dalam sepekan terakhir, saham ANTM naik 3,78 persen dengan kapitalisasi pasar Rp59,36 triliun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.