Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Anjlok Paling Dalam Sejak Juni 2020, Saham Ritel Ambles

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 3,57 persen ke level 31.490,07, sedangkan indeks S&P 500 melemah 4,04 persen ke 3.923,68 dan Nasdaq Composite jatuh 4,73 persen ke 11.318,15.
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat mencatat penurunan harian terbesar dalam hampir dua tahun terakhir pada perdagangan Rabu (18/5/2022) karena investor mengkhawatirkan dampak dari inflasi terhadap pendapatan dan prospek pengetatan kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 3,57 persen ke level 31.490,07, sedangkan indeks S&P 500 melemah 4,04 persen ke 3.923,68 dan Nasdaq Composite jatuh 4,73 persen ke 11.318,15.

Indeks S&P 500 turun mencatatkan penurunan terbesar sejak Juni 2020, dengan penurunan indeks sektor konsumen melebihi 6 persen. Saham Target Corp jatuh lebih dari 20 persen, pelemahan terburuk sejak 1987, setelah memangkas perkiraan laba karena lonjakan biaya.

Sementara itu, saham peritel lain dari Walmart Inc. hingga Macy's Inc. juga melemah. Saham teknologi terkait pertumbuhan juga melorot. Apple Inc. dan Amazon.com Inc. turun lebih dari 5 persen.

Produsen peralatan jaringan Cisco Systems Inc. mengatakan pihaknya memperkirakan pendapatan menurun pada kuartal saat ini, dirugikan oleh tekanan yang berasal dari lockdown China dan perang Rusia-Ukraina. Saham Cisco anjlok 19 persen dalam perdagangan after hours.

Imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 dan 30 tahun turun lebih dari 10 basis poin, sementara itu, indeks dolar AS juga menguat 0,53 persen ke level 103,90.

Patokan S&P 500 muncul dari kemerosotan mingguan terpanjang sejak 2011, tetapi setiap rebound

Dalam beberapa pernyataannya yang paling hawkish hingga saat ini, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pada hari Selasa bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga sampai ada bukti "jelas dan meyakinkan" bahwa inflasi sudah mereda.

Presiden The Fed wilayah Chicago Charles Evan mengatakan jika bank sentral menaikkan suku bunga acuannya sedikit di atas tingkat "netral" untuk ekonomi dan berhenti di sana, hal tersebut akan membantu menurunkan inflasi

Analis City Index Fiona Cincotta mengatakan saham semakin terpukul karena kekhawatiran inflasi dan pendapatan yang lemah memukul sentimen pasar dengan keras.

“Meskipun penjualan ritel yang kuat membantu meningkatkan saham kemarin, kinerja kuartalan raksasa ritel Target dan Lowe's yang mengecewakan menimbulkan ketakutan di pasar hari ini,” tulis Fiona, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (19/5/2022).

Ia melanjutkan, meskipun data sebelumnya menunjukkan bahwa konsumen mengatasi inflasi yang melanda untuk saat ini. Peritel, tidak dapat mengimbangi dan berujung pada melonjaknya biaya input.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper