Bisnis.com, JAKARTA - Analis mengungkap penyebab Harga Bitcoin (BTC) anjlok hingga di bawah US$30.000 atau sekitar Rp436 juta (dengan Kurs Rp14.538 per dolar) pada Selasa (10/5/2022).
Para analis mengatakan salah satu penyebab turunnya harga Bitcoin lantaran pasar keuangan dan aset kripto (cryptocurrency) mengalami aksi jual saham. Hal ini disebabkan oleh pengetatan moneter agresif oleh Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed) dan kekhawatiran resesi ekonomi.
Dilansir dari Coin Desk pada Selasa (10/5/2022). penurunan terbaru meninggalkan BTC pada level terendah 10 bulan dan harga terendah tahun ini.
Kapitalisasi pasar aset kripto terakhir turun di bawah ambang US$30.000 pada 20 Juli 2021, yaitu mencapai US$29.301 atau Rp425 juta sebelum rebound (pemulihan).
Analis Pasar Senior di Oanda Edward Moya mengatakan penurunan aaset kripto baru-baru ini sepenuhnya didasarkan pada aksi jual yang dipimpin oleh saham teknologi, bukan pada fundamental.
Menurutnya, penurunan itu bisa membawa Bitcoin menuju US$28.500 atau Rp414 juta, tapi itu bisa dimulai ketika beberapa taruhan jangka panjang ikut bermain.
“Fundamental jangka panjang tetap berlaku untuk Bitcoin, tetapi kembali ke rekor tertinggi akan memakan waktu lama. Bitcoin akan mulai stabil ketika pertumpahan darah di Wall Street berakhir dan saat ini banyak investor masih dalam panic-selling mode,” kata Moya yang dilansir dari Coin Desk pada Selasa (10/5/2022).
Sementara itu, Kepala Investasi di Arca Jeff Dorman menulis dalam sebuah laporannya bahwa hal itu hanya pemogokan pembeli dengan proporsi tertinggi.
"Masih harus dilihat apa [jika ada] yang akan membawa pembeli kembali," ujarnya.
Para ahli memandang kemerosotan Bitcoin hanya karena meluasnya aksi jual saham di pasar AS pekan lalu. Akhirnya, membuat pasar aset kripto menggila dan terjadi panic-selling mode.
Steven McClurg, Kepala Investasi dan salah satu pendiri Valkyrie, mengatakan kepada CoinDesk TV pada Senin (9/5/2022).
“Jika The Fed terus menaikkan suku bunga hingga Juni dan Juli, kami mungkin akan terus membuat pasar turun sepanjang musim panas," ujar Steven.
Dia berharap karena pemilihan paruh waktu yang akan datang pada bulan November. Investor mungkin akan melihat Fed menjeda atau bahkan menurunkan suku bunga mulai dari pertemuan September, sehingga akan menjadi katalis.
"Kita bisa melihat pasar akan kembali naik pada saat itu,” sambungnya.
Bulan ini Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (0,5 poin persentase) dan kemungkinan akan melakukannya lagi pada pertemuan berikutnya di bulan Juni.
Penurunan harga Bitcoin adalah bagian dari aksi jual pasar secara menyeluruh. Ketiga indeks pasar saham utama turun, dengan S&P 500 saat ini diperdagangkan turun 3,2 persen pada 3.991. Nasdaq yang sarat teknologi dan Dow Jones Industrial Average juga diperdagangkan lebih rendah.
Sebagai bagian dari aksi jual pasar ini, koefisien korelasi antara Bitcoin dan Nasdaq mencapai titik tertinggi sepanjang masa sebesar 0,8, berdasarkan perusahaan data Kaiko. Hal ini dianggap sebagai korelasi positif yang kuat.