Bisnis.com, JAKARTA — PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) membukukan kenaikan penjualan sebesar 5,40 persen YoY menjadi Rp10,8 triliun pada kuartal I/2022. Namun, hasil ini ternyata lebih rendah dibandingkan dengan kinerja anak usaha Unilever PLC yang beroperasi di negara lain.
“Terlepas dari keberhasilannya untuk ‘membalikkan kinerja’ penjualan bersih, data menunjukkan UNVR masih tertinggal jauh di belakang sister companies-nya sendiri dari Grup Unilever di luar negeri. UNVR juga tertinggal dibandingkan semua regional Grup Unilever kecuali Eropa dan tertinggal dari perusahaan induknya sendiri, Unilever PLC,” kata Principal Advisor Nilzon Capital John Octavianus dalam riset yang dipublikasi Senin (9/5/2022).
Hindustan Unilever tercatat membukukan kenaikan penjualan sebesar 10,96 persen pada kuartal I/2022. Sementara itu, Unilever Pakistan mencatat kenaikan penjualan sebesar 30 persen secara YoY dan Unilever Bangladesh naik 6,15 persen. Kenaikan penjualan UNVR sebesar 5,40 persen bahkan lebih rendah daripada kinerja perusahaan induk Unilever PLC yang mencapai 7,30 persen.
Di sisi lain, kinerja penjualan bersih UNVR pada kuartal I/2022 juga hanya tumbuh 1,63 persen dibandingkan dengan kuartal I/2019 atau sebelum pandemi. Nilzon Capital dalam risetnya menyebutkan bahwa pertumbuhan penjualan yang tidak signifikan memberi indikasi bahwa Unilever Indonesia belum bisa lepas dari dampak pandemi dan belum mencapai pembalikan kinerja yang sesuai harapan.
Perbaikan penjualan Unilever Indonesia pada kuartal I/2022 dibandingkan dengan kuartal I/2019 hanya lebih baik dari Unilever Bangladesh yang masih terkoreksi 1,21 persen. UNVR secara signifikan tertinggal dari induknya sendiri Unilever PLC yang mencatat pertumbuhan penjualan bersih 11,29 persen dibandingkan dengan kuartal I/2019.
Jika mengutip pernyataan CEO Unilever PLC Alan Jope selama kuartal I/2022 earnings call mengenai ekspektasi operasi Unilever di Indonesia, kinerja UNVR tidak lepas dari inflasi yang berdampak pada konsumen Indonesia dan memicu berlanjutnya down trading meskipun kepercayaan konsumen meningkat. Down Trading sendiri merupakan fenomena ketika konsumen beralih ke produk dengan harga lebih murah.
Baca Juga
Walaupun penjualan bersih naik 5,40 persen YoY, John juga mengatakan UNVR masih belum berhasil mengimbangi kenaikan biaya bahan baku yang melonjak 12,45 persen YoY. Hal ini membuat margin laba kotor turun 379 bps dibandingkan dengan kuartal I/2021.
Penurunan margin laba kotor UNVR cenderung lebih dalam dibandingkan dengan sister companies di negara lain seperti Hindustan Unilever yang turun 273 bps dan Unilever Pakistan dengan koreksi margin laba kotor sebesar 159 bps. Sebelumnya, Direktur UNVR Enny Hartati Sampurno mengatakan bahwa perusahaan tidak akan meneruskan kenaikan beban ke harga produk di konsumen.
Nilzon Capital dalam risetnya menyebutkan keputusan UNVR untuk mengorbankan margin kemungkinan besar mengindikasikan ancaman serius yang datang dari pesaing. Oleh karena itu, UNVR sangat perlu meningkatkan upayanya dalam mengurangi biaya operasional, baik biaya iklan, biaya tenaga kerja, atau biaya yang dibayarkan kepada induk Unilever PLC dan afiliasinya.