Bisnis.com, JAKARTA — Emiten consumer goods PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) membukukan kenaikan penjualan pada kuartal I/2022. Kinerja positif ini diikuti dengan kenaikan laba bersih.
Dalam laporan keuangannya, KINO mencatatkan penjualan sebesar Rp1,13 triliun pada kuartal I/2022. Penjualan ini naik 17,69 persen dibandingkan dengan kuartal I/2021 sebesar Rp964,26 miliar.
Selama periode Januari—Maret 2022, penjualan KINO ditopang oleh segmen minuman yang mencapai Rp659,64 miliar, nilai ini naik 71,74 persen secara YoY dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp384,08 miliar.
Di sisi lain, penjualan pada segmen perawatan tubuh yang menjadi kontributor terbesar kedua justru turun dari Rp455,35 miliar pada kuartal I/2021 menjadi Rp341,85 miliar pada kuartal I/2022.
Segmen makanan tercatat tetap tumbuh dari Rp115,49 miliar pada kuartal I/2021 menjadi Rp121,33 miliar pada kuartal 1/2022. Produk farmasi juga tumbuh menjadi Rp11,29 miliar dari sebelumnya Rp9,36 miliar.
Seiring dengan naiknya penjualan, beban pokok penjualan Kino tercatat naik signifikan 36,23 persen secara YoY dari Rp497,53 miliar kuartal I/2021 menjadi Rp677,82 miliar pada kuartal I/2022. Hal ini membuat laba kotor perusahaan turun 2,07 persen dari Rp466,73 miliar menjadi Rp457,05 miliar.
Baca Juga
Membengkaknya beban pokok penjualan Kino tidak lepas dari kenaikan signifikan pada beban bahan baku dan pengemas. Pos ini tercatat naik 38,38 persen YoY dari Rp391,35 miliar pada kuartal I/2021 menjadi Rp541,55 miliar pada kuartal I/2022.
Meski demikian, Kino tetap mampu membukukan kenaikan laba bersih. Laba komprehensif yang dapat diatribusikan kepada entitas induk pada 3 bulan pertama 2022 mencapai Rp47,22 miliar, 186,52 persen lebih tinggi daripada posisi kuartal I/2021 sebesar Rp16,80 miliar.
Adapun hingga akhir Maret 2022, KINO mencatat kenaikan total aset menjadi Rp5,61 triliun, dari Rp5,34 triliun pada akhir 2021. Jumlah liabilitas perseroan juga naik dari Rp2,68 triliun di akhir 2021, menjadi Rp2,98 triliun pada akhir Maret 2022.
Sementara itu, total ekuitas perseroan turun tipis menjadi Rp2,63 triliun, dari Rp2,66 triliun.