Bisnis.com, JAKARTA – Pasar aset kripto masih menunjukkan tren pelemahan selama sepekan belakangan.
Laporan dari Tokocrypto menyebutkan, secara umum, kondisi pasar kripto yang lesu selama satu pekan terakhir masih disebabkan oleh tipisnya volume perdagangan. Meski pada awal pekan lalu, sejumlah kripto sempat menghijau, kini kembali babak belur di zona merah.
Menurut pantau situs Coinmarketcap pada Kamis (29/4/2022), hingga pukul 11.32 WIB, Bitcoin (BTC) ada di harga US$39.337,52 per keping, menguat 2,38 persen dalam 24 jam terakhir, namun melemah 5,57 persen selama 7 hari. Sedangkan Ether (ETH) terpantau menguat 1,41 persen ke US$2.885,2 per keping dalam 24 jam terakhir dan melemah 6,78 persen selama 7 hari.
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, menjelaskan saat ini pelaku pasar masih ragu-ragu menempatkan uangnya di instrumen investasi berisiko, seperti aset kripto. Alhasil market masih terus bearish hingga pekan terakhir April 2022 ini.
"Sikap investor masih jenuh melakukan aksi jual-beli untuk mengakumulasi investasi aset kripto mereka. Hal tersebut dampak dari bagian aksi risk-off seiring maraknya sentimen negatif di exchange kripto. Selain itu, pelaku pasar juga ingin jaga jarak dengan gejolak di pasar kripto menjelang rapat The Fed bulan depan," kata Afid, dikutip Kamis (28/4/2022).
Sebelumnya, Ketua The Fed, Jerome Powell, memberi sinyal bahwa lembaganya tersebut akan mengerek suku bunga 50 basis poin pada bulan Mei mendatang. Langkah ini dikhawatirkan dapat menyumbat pertumbuhan konsumsi dan investasi, dua motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga
Sementara itu, sentimen negatif yang menghantam pasar kripto juga datang dari krisis konflik Rusia-Ukraina memasuki babak baru setelah Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan Rusia akan berkonfrontasi dengan negara-negara NATO, jika AS dan sekutunya terus menyediakan senjata bagi Ukraina.
"Nilai aset kripto kompak berguguran setelah muncul kabar mengenai eskalasi konflik geopolitik Rusia dan Ukraina. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi dunia bakal mengalami ketidakpastian baru dan membuat pasar aset spekulatif, seperti kripto, jadi tak menarik," lanjutnya.
Di samping itu, banyak trader yang mulai menerapkan strategi jangka pendek yang memilih untuk melakukan short trading Bitcoin, ketimbang menahannya untuk mendulang profit. Hal tersebut terjadi pasca level support Bitcoin ada di US$37.500, meskipun sisi upside tampaknya terbatas menuju level resistance US$46.000 per keping.