Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang membuka perdagangan anjlok pada awal pekan ini, Senin (25/4/2022) ditengarai akibat kekhawatiran investor atas dampak lockdown Shanghai, serta tertekannya harga komoditas.
Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani mengungkapkan lockdown yang diterapkan pemerintah China terhadap Ibu Kota Shanghai turut menekan kekhawatiran investor apalagi The Fed juga bakal melakukan pengetatan moneter lebih agresif.
"Lockdown di Shanghai dan The Fed yang kemungkinan besar akan melakukan pengetatan moneter secara agresif jadi sentimen negatifnya ini," jelasnya kepada Bisnis, Senin (25/4/2022).
Sempat dibuka anjlok ke level 7.121,86, IHSG hingga pukul 10.00 WIB berangsung mendekati harga penutupan kemarin atau masih turun 0,28 persen ke level 7.202,7.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks sektoral IDXBasic mengalami penurunan paling dalam terdepresiasi 1,31 persen ke level 1.353,25. Selanjutnya, indeks IDXIndustry mengalami pelemahan 1,16 persen ke level 1.199,56.
Saham sektor teknologi dalam IDXTechno juga mengalami penurunan dalam 1,16 persen ke level 8.836,21.
Baca Juga
Menurut Hendriko, indeks IDXBasic dan IDXIndustry menjadi yang paling tertekan karena banyak konstituennya terkait dengan sektor komoditas.
"Cuma karena industri dan basic industri ini banyak commodities related juga, dan kebetulan lagi ramai kemarin, jadi penurunannya juga signifikan," katanya.
Sebelumnya, Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang sudah memperkirakan tekanan jual di Bursa Efek Indonesia diperkirakan berlanjut menyusul kejatuhan tajam Indeks DJIA pada Jumat pekan lalu sebesar 2,82 persen atau menjadi penurunan terburuk harian sejak Oktober 2020.
"Penurunan tersebut akibat kekhawatiran atas akan terjadinya stagflasi, mengecewakannya earnings emiten dan naiknya yield obligasi AS tenor 10 tahun mengantisipasi kenaikan FFR di bulan Mei sebesar 50 bps, menjadikan Indeks DJIA turun selama 4 minggu berturut-turut," paparnya dalam riset.