Keputusan Suku Bunga BI Tetap Tekan IHSG, Asing Masih Belanja Saham

Bisnis.com, JAKARTA - Kekhawatiran pelaku pasar terhadap keputusan Bank Indonesia (BI) soal penetapan suku bunga acuan telah menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pada perdagangan Selasa (19/4/2022) pukul 14.50 WIB, IHSG turun 0,83 persen atau 60,2 poin menjadi 7.215,08. Sepanjang sesi, indeks bergerak di rentang 7.202,13-7.297,39.

Kendati melemah, investor asing masih cenderung belanja saham dengan net buy Rp386,81 miliar. Asing masuk ke saham TLKM, INCO, BBNI dengan net buy masing-masing Rp114 miliar, Rp97 miliar, Rp89,1 miliar.

Analis OCBC Sekuritas Hendry Andrean menyampaikan kondisi profit taking pada IHSG kali ini merupakan antisipasi investor terhadap hasil keputusan RDG BI terkait penetapan tingkat suku bunga acuan.

Sejauh ini tercatat sudah 46 bank sentral dunia yang sudah mulai menaikkan tingkat suku bunga acuannya. BI sendiri telah menyatakan akan menaikkan suku bunga acuannya jika tanda-tanda kenaikan inflasi mulai terlihat nyata.

Sementara itu, berdasarkan consensus Bloomberg sebanyak 29 ekonom memperkirakan BI akan kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level 3,5 persen.

"BI kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuannya tentunya hal ini bertolak belakang terhadap tren negara-negara maju yang sudah mulai menaikkan tingkat suku bunga acuannya karena ada tekanan inflasi di masing-masing negara tersebut," paparnya dalam publikasi riset.

Mengacu pada kondisi tersebut maka IHSG diperkirakan berpeluang untuk melanjutkan tren pelemahannya pada sesi II.

Sementara itu, Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur BI April 2022 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,50 persen.

Sejalan dengan itu, BI juga menetapkan suku bunga Deposit Facility tetap 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility masih di 4,25 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas inflasi, nilai tukar, serta upaya perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat terkait dengan ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, serta percepatan normalisasi kebijakan moneter di negara maju, khususnya AS.

"BI melihat inflasi inti tetap terkendali di tengah mulai naiknya permintaan masyarakat. Inflasi pada 2022 diperkirakan akan tetap terkendali dalam kisaran 3 persen plus minus 1 persen," paparnya dalam rilis RDG, Selasa (19/4/2022).