Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Restrukturisasi Utang, Holding BUMN Perkebunan PTPN III Cetak Laba Rp4,64 Triliun

Capaian laba bersih PTPN III tersebut diperoleh dari penjualan sebesar Rp53,57 triliun naik 32 persen di atas pencapaian tahun 2020.
Direktur Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) M. Abdul Ghani. Istimewa
Direktur Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) M. Abdul Ghani. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Holding BUMN Perkebunan, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) mencetak berbalik laba tumbuh 5 kali lipat pada tahun buku 2021 dari posisi rugi pada 2020.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember yang telah diaudit, Holding Perkebunan Nusantara (PTPN) III (Persero) telah menorehkan sejarah atas capaian kinerja keuangannya yang baik.

Holding perkebunan mampu membukukan laba konsolidasi sebesar Rp4,64 triliun pada 2021. Pencapaian tersebut meningkat Rp5,73 triliun atau sekitar 500 persen dibandingkan laba perusahaan pada 2020. Saat itu, PTPN Group masih mengalami kerugian sebesar Rp1,14 triliun. 

Capaian laba bersih konsolidasian tersebut diperoleh dari penjualan sebesar Rp53,57 triliun naik 32 persen di atas pencapaian tahun 2020.

Sementara itu, EBITDA tercatat sebesar Rp14,18 triliun naik sebesar 206,69 persen dibandingkan dengan 2020, atau 124,26 persen di atas yang dianggarkan pada 2021.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani menyatakan peningkatan kinerja perusahaan ini adalah buah dari keberhasilan program transformasi yang telah dijalankan perusahaan sejak 2 tahun terakhir.

“Upaya transformasi PTPN berhasil memberikan dampak positif pada kinerja keuangan PTPN Group pada tahun 2021. Peningkatan laba bersih perusahaan ditunjang oleh peningkatan pendapatan perusahaan, dari Rp39,39 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp53,57 triliun atau 36,00 persen di atas pencapaian tahun lalu," urainya dalam keterangan resmi, Selasa (12/4/2022).

PTPN Grup juga terus memacu pertumbuhan pendapatan usaha, melalui peningkatan produksi dan produktivitas, serta optimalisasi operasional baik di hulu maupun hilir. 

Restrukturisasi organisasi, restrukturisasi utang, program transformasi EBITDA , serta transformasi digital, menjadi faktor utama keberhasilan transformasi PTPN Group. 

Restrukturisasi organisasi dilakukan dengan mengubah dari sebelumnya strategic holding menjadi operating holding. Selain itu, PTPN Holding melakukan transformasi digital sehingga dapat mengeskalasi tingkat efisiensi dan efektivitas pekerjaan agar lebih optimal.

"Pada komoditas tebu dan gula misalnya, kami akan fokus meningkatkan produktivitas lahan tebu serta revitalisasi pabrik gula melalui anak perusahaan yang kami dirikan yaitu PT Sinergi Gula Nusantara (SGN),” tuturnya.

Salah satu program kunci transformasi yang paling berperan adalah restrukturisasi utang, PTPN Holding melakukan perbaikan kinerja keuangan agar tercapai bisnis yang berkelanjutan, komprehensif, dan transparan.

Manajemen PTPN Group mampu memperbaiki kesehatan finansial perusahaan. Salah satunya menurunkan liabilitas jangka pendek melalui program restrukturisasi utang kepada perbankan. 

Pada 2020, total liabilitas jangka pendek jatuh tempo sebesar Rp38,19 triliun, pada tahun 2021 turun menjadi Rp 20,03 triliun.  Turunnya liabilitas jangka pendek ini membuat manajemen mampu membiayai ekspansi bisnis, dan memperbaiki arus kas (cash flow), serta memberikan ruang kepada perusahaan untuk meningkatkan belanja modal.

“Program Transformasi EBITDA yang mulai digulirkan pada awal kuartal II/2021, juga memberikan kontribusi signifikan terhadap capaian kinerja di tahun 2021," jelasnya.

Penerapan operational excellence secara konsisten telah memberikan dampak kepada peningkatan kinerja operasional, hal ini antara lain tercermin dari peningkatan produksi dari komoditi utama dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada tahun 2021 total produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit mencapai 12,47 juta ton, meningkat 13,36 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020. 

Peningkatan produksi TBS diikuti oleh peningkatan produksi Crude Palm Oil (CPO) yaitu sebesar 2,68 juta ton, meningkat 12,57 persen dibandingkan pada tahun 2020.

Di samping itu terjadi peningkatan produktivitas TBS dan CPO masing-masing menjadi 21,07 ton/ha dan 4,83 ton/ha, atau masing-masing meningkat 7,18 persen dan 7,51 persen dari tahun 2020.  Terhadap Harga Pokok Produksi (HPP) komoditi sawit terjadi penurunan dari Rp 4.161/kg menjadi Rp 3.956.

Kondisi tersebut juga didukung oleh realisasi harga jual rata-rata CPO PTPN pada tahun 2021 sebesar Rp 11.293/kg, meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai rata-rata Rp 8.521/kg, sehingga berdampak peningkatan pendapatan dan laba korporasi cukup signifikan.

Untuk komoditi karet, realisasi total produksi karet pada tahun 2021 adalah sebesar 171 ribu ton atau meningkat 7,21 persen dibandingkan dengan 2020. Sementara produksi gula pada tahun 2021 adalah 768,6 ribu ton atau meningkat 9,42 persen dari tahun sebelumnya.

“Program transformasi yang kami lakukan terbukti mampu mengakselerasi peningkatan produksi dan produktivitas komoditi utama PTPN yang berdampak pada semakin baiknya kinerja finansial perusahaan. Hal ini tidak terlepas juga dari kenaikan harga jual rata-rata komoditi PTPN Group terutama untuk komoditi sawit," ungkap Ghani. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper