Bisnis.com, JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mempertahankan panduan produksi batu bara 58 juta-60 juta ton pada 2022 di tengah memanasnya harga batu bara acuan (HBA).
Kementerian ESDM baru saja menaikkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) April 2022 naik 41,5 persen menjadi menjadi US$288,40 per ton dari sebelumnya US$203,69 per ton. HBA merupakan harga yang dihitung dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Global Coal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas setara dengan batu bara kalori 6322 kcal/kg GAR, total moisture 8 persen, total sulphur 0,8 persen, dan ash 15 persen.
Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan bahwa pihaknya akan memproduksi batu bara sesuai panduan, meski HBA mengalami peningkatan.
“Kami tetap memproduksi [batu bara] sesuai panduan. Panduan tahun 2022, target produksi batu bara Adaro sebesar 58 juta – 60 juta ton,” ujar Febriati.
Alih-alih menggenjot produksi setelah kenaikan HBA, menurut Febriati, Adaro akan focus pada keunggulan operasional bisnis inti.
“Harga batu bara tidak dapat kami prediksi, karena itu kami akan terus memaksimalkan upaya untuk fokus terhadap keunggulan operasional bisnis inti, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi, menjaga kas dan mempertahankan posisi keuangan yang solid,” urai Febriati.
Baca Juga
Terkait adanya rencana kenaikan DMO batu bara sebesar 30 persen, Febriati mengatakan pihaknya akan mengikuti ketentuan DMO.
“Adaro juga akan senantiasa mengikuti ketentuan DMO dan akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dengan terus berfokus untuk mempertahankan margin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan,” jelasnya.