Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah sentimen negatif dari dalam dan luar negeri akan membayangi kondisi pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia pada kuartal II/2022.
Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet pada Senin (4/4/2022) memaparkan, penerbitan SBN pemerintah di kuartal II/2022 memang akan cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Hal ini mengingat adanya momentum libur lebaran yang ikut mempengaruhi penerbitan SBN.
Di sisi lain, Yusuf menuturkan prospek pasar SBN pada kuartal II/2022 masih dibayangi oleh sejumlah ketidakpastian.
Menurutnya, prospek pasar surat utang Indonesia salah satunya akan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dalam negeri. Investor akan mencermati seberapa besar pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ini, yang utamanya akan dipengaruhi oleh daya beli masyarakat di bulan Ramadan ini.
Prospek pertumbuhan ekonomi tersebut terutama tertuju pada daya beli kelompok menengah ke bawah. Menurutnya, dengan potensi inflasi yang tinggi, peluang pelemahan daya beli kelompok ini masih cukup terbuka.
Ia mengatakan, pelemahan tersebut akan berimbas pada laju pertumbuhan ekonomi yang lebih lamban. Sehingga, keyakinan investor terhadap pasar SUN Indonesia juga berpotensi menurun.
Baca Juga
“Pemerintah telah menyalurkan bantuan tambahan BLT minyak goreng, tapi saya kira pemerintah masih punya ruang untuk menyalurkan bantuan lain untuk mendorong konsumsi kelas ini,” jelasnya.
Sementara itu, dari sentimen global, konflik antara Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan juga dapat menekan pasar SBN Indonesia. Sentimen tersebut akan memicu tekanan terhadap imbal hasil terutama untuk surat utang pemerintah dari negara berkembang seperti Indonesia.
Tekanan tersebut, tambah Yusuf, akan menjadi tantangan bagi pasar SBN Indonesia untuk menarik lebih banyak investor, terutama dari luar negeri.
Berdasarkan data dari laman Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, hingga pertengahan Maret 2022, tingkat kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tercatat sebesar Rp865,49 triliun atau 18,15 persen dari total surat utang.
Angka tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan kepemilikan pada awal Maret 2022 sebesar Rp892,07 triliun atau 18,71 persen dari total SBN. Sementara, pada awal tahun ini, tingkat kepemilikan asing terhadap SBN Indonesia adalah sebesar Rp894,21 triliun, mencakup 19,11 persen dari total surat utang.