Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manfaatkan Peluang Pertumbuhan di Indonesia, Simak Rekomendasi Investasi Manulife

Di tengah tren normalisasi ekonomi global, Indonesia diperkirakan akan mengalami akselerasi pertumbuhan. Investor dapat mengembangkan dananya dengan memanfaatkan potensi pertumbuhan di pasar Asia dan Indonesia.
Ilustrasi pasangan generasi millenial membahas soal investasi dan perencanaan keuangan (financial planning)/Freepik
Ilustrasi pasangan generasi millenial membahas soal investasi dan perencanaan keuangan (financial planning)/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar keuangan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, akan mengalami pertumbuhan yang optimal seiring dengan kelanjutan pemulihan ekonomi. Instrumen saham menjadi rekomendasi utama untuk investor dengan horizon investasi jangka panjang.

Krizia Maulana, Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia dalam laporannya menjelaskan, pasar finansial Indonesia akan ikut bertumbuh seiring dengan pertumbuhan pasar finansial Asia.

Krizia memaparkan, di tengah tren normalisasi ekonomi global, Indonesia diperkirakan akan mengalami akselerasi pertumbuhan. Hal ini seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat dan meningkatnya vaksinasi. 

“Perekonomian sudah mulai menunjukkan sinyal perbaikan di 2021 dimana pertumbuhan PDB kuartal keempat tahun 2021 tumbuh 5 persen yoy. Momentum pemulihan ini diperkirakan masih terus berlanjut dengan akselerasi pertumbuhan di semester kedua tahun 2022,” jelas Krizia dikutip dari laporannya, Kamis (24/3/2022).

Optimisme pemulihan aktivitas ekonomi, fundamental ekonomi yang semakin baik, posisi Indonesia sebagai net eksportir komoditas yang memberikan efek lindung nilai dari kenaikan harga komoditas, serta stabilitas nilai tukar rupiah mendorong masuknya aliran dana asing di pasar saham Indonesia.

Seiring dengan kondisi tersebut, investor dapat mengembangkan dananya dengan memanfaatkan potensi pertumbuhan di pasar Asia dan Indonesia. Investor dengan pola pikir forward looking dapat memanfaatkan peluang investasi di reksa dana saham, dengan tetap mencermati risiko saat ini dan menangkap peluang dalam jangka panjang.

“Pasar saham di Asia Pasifik dan Indonesia memiliki peluang investasi yang menarik. Seperti halnya pada setiap pilihan investasi, investor tetap harus menyesuaikan pilihan investasinya dengan profil risiko, tujuan investasi, dan jangka waktu investasi masing-masing,” ujarnya.

Salah satu contoh reksa dana saham yang menangkap peluang di pasar Asia Pasifik adalah Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS (MANSYAF).  Portofolio MANSYAF terdiri dari saham-saham perusahaan Asia berskala global dengan pendapatan mancanegara, sehingga outlook kinerjanya tidak dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi di negeri asalnya. Sedangkan contoh reksa dana saham di pasar domestik adalah Manulife Saham Andalan (MSA).

Sementara itu, pada tahun 2021, pertumbuhan pasar finansial Asia cenderung stabil dan tidak sepesat pertumbuhan pasar finansial di Amerika Serikat dan Eropa.  Situasi berbalik di tahun ini ketika pasar Amerika dan Eropa mengalami normalisasi, pasar finansial Asia termasuk ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) mengalami anomali dan diperkirakan akan mengalami lonjakan pertumbuhan yang cukup signifikan.

“Asia dianggap memiliki fondasi makroekonomi yang lebih kuat dalam menghadapi pengetatan moneter Amerika Serikat,” ujar Krizia.

Sebagai produsen penting pada berbagai sektor di dunia, Asia sangat berperan dalam pemulihan rantai pasokan global di tahun 2022. Normalisasi pertumbuhan dan perbaikan rantai pasokan global akan berdampak positif pada sektor manufaktur dan pasar finansial Asia.

Pengetatan kebijakan The Fed menjadi tantangan yang harus diperhatikan. Namun, Asia masih memiliki ruang kebijakan moneter yang lebih longgar, didukung oleh inflasi yang lebih terjaga dan tingkat suku bunga riil yang tinggi, sehingga memberi fleksibilitas bagi bank sentral di kawasan ini.

Jika melihat lebih dalam lagi, Asia disebut sebagai pabrik dunia yang diuntungkan dari siklus pemulihan ekonomi global pasca pandemi. China, sebagai salah satu kawasan penting, memiliki posisi unik dan menerapkan kebijakan yang berlawanan dengan negara lain. Di saat mayoritas negara melakukan pengetatan moneter, China justru melakukan pelonggaran moneter.  Sementara itu, ASEAN diprediksi akan mengalami pemulihan ekonomi yang lebih maksimal di tahun ini.

Selanjutnya, kawasan Asia Pasifik memiliki potensi pertumbuhan struktural yang menarik dan pertumbuhan dalam jangka panjangnya juga layak dicermati.  Seiring dengan potensi pertumbuhan di Asia Pasifik, sejumlah sektor unggulan ikut tumbuh di kawasan ini, yaitu IT, energi terbarukan, dan kendaraan listrik.

Sektor-sektor ini dipandang memiliki potensi besar di tengah arah kebijakan dunia yang semakin mengadopsi teknologi digital serta energi terbarukan dan kendaraan listrik.  Asia memiliki sejumlah perusahaan yang menjadi market leader dunia dan berperan penting dalam sektor-sektor tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper