Bisnis.com, JAKARTA – Likuiditas pasar domestik akan menjadi katalis utama yang menopang pasar Surat Utang Negara (SUN) ditengah masih tingginya ketidakpastian global.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto memaparkan, minat investor terhadap obligasi pemerintah Indonesia masih cukup baik meski penyerapan SUN pada kuartal I/2022 dibawah target.
Dia memaparkan, penyerapan SUN yang kurang maksimal utamanya disebabkan oleh ketidakpastian global akibat potensi kenaikan suku bunga dan tensi geopolitik. Hal tersebut membuat penyerapan obligasi dalam beberapa edisi lelang terakhir cenderung menurun.
“Memang berada dibawah target, tetapi dari sisi kebutuhan pasti pemerintah akan menyesuaikan. Pengadaan lelang tambahan dan penawaran global bond merupakan salah satu strategi pemerintah mencari pembiayaan utang selain dari lelang,” jelasnya saat dihubungi pada Kamis (24/3/2022).
Ramdhan menuturkan, kondisi pasar SUN Indonesia masih cenderung tertekan pada kuartal mendatang. Hal ini disebabkan oleh sentimen-sentimen dari eksternal seperti konflik Rusia -Ukraina yang tak kunjung berakhir.
Selain itu, potensi kenaikan suku bunga The Fed lebih lanjut juga dapat menekan pasar obligasi Indonesia. Ia menuturkan, pergerakan di pasar SBN tidak terlepas dari perkembangan suku bunga global, terutama The Fed di AS.
Baca Juga
Kenaikan suku bunga global akan berimbas pada pelemahan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia. Selain itu, investor asing akan cenderung memilih obligasi AS dibandingkan Indonesia karena risiko yang cenderung minim.
Di sisi lain, likuiditas domestik yang masih melimpah akan menjadi katalis positif yang menekan pelemahan yield SUN Indonesia. Menurutnya, pergerakan yield SUN Indonesia pada kuartal II/2022 tidak akan berbeda jauh dengan kuartal I/2022.
Seiring dengan hal tersebut, Ramdhan menuturkan investor masih akan memilih SUN bertenor pendek. Hal tersebut sejalan dengan fluktuasi pergerakan pasar yang masih berpotensi meningkatkan risiko investasi di obligasi Indonesia.
“Imbal hasil SUN Indonesia kemungkinan tidak akan bergerak melemah signifikan karena saat ini didominasi oleh domestik. Potensi kembalinya investor asing juga masih terbuka karena yield SUN kita masih sangat menarik,” pungkasnya.